Tetap Aktif Di Usia Cantik, Semakin Asik Tanpa Toxic
Umur, aktivitas, gaya hidup, makanan, lingkungan dan daya tahan tubuh memiliki hubungan sebab akibat yang tak terpisahkan. Semakin bertambah umur seseorang maka akan berpengaruh pula pada daya tahan tubuh dan kesehatan. Begitu pula gaya hidup, makanan dan lingkungan yang tidak berkualitas, juga akan berpengaruh pada kesehatan.
Dulu ketika masih perawan “kinyis-kinyis”, mau diajak jogging berkilo-kilo saya sih ayoo saja. Tetapi setelah memasuki usia cantik (usia di atas 35 tahun), jalan kaki gak ada 5 km saja sudah ngos-ngosan, bahkan lebih banyak istirahatnya daripada jalannya. Tubuh terasa lebih cepet capek.
Sebenarnya capek saat beraktivitas sangat lumrah. Dalam bahasa kesehatan Itu semacam “warning” bahwa tubuh minta diistirahatkan sejenak untuk sekedar recharge energi. Tetapi, bila tubuh dikit-dikit capek atau capek berlebih walaupun istirahat cukup, maka bisa jadi tubuh sedang bermasalah.
Kondisi seperti itu yang selalu saya wasadai karena bisa jadi itu tanda-tanda naiknya kadar toxic dalam tubuh yang berpotensi menyebabkan munculnya berbagai penyakit berbahaya.
Aktivitas Padat & Polusi Udara, Tubuh Saya Rentan Terpapar Toxic
Selain sebagai ibu rumah tangga, saat ini saya dan suami juga lagi menjalankan usaha kedai makan kecil-kecilan di depan rumah sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga agar dapur selalu “kebul-kebul”.
Ya. Setiap hari, dari mulai ayam berkokok hingga burung-burung kembali ke sarangnya, saya mesti memacu semangat menjalani aktivitas padat, yang tidak hanya di tetapi juga di luar rumah. Beruntung sekali saya, bahwa dalam banyak hal saya memang berbagi tugas, peran dan pekerjaan dengan suami.
Menu kedai dan segala sesuatunya, suamilah yang mempersiapkan, karena dia kokinya. Sedangkan urusan belanja ke pasar, antar jemput sekolah hingga menemani aktivitas anak di luar jam sekolah adalah tugas saya.Setidaknya 5 (lima) hari dalam seminggu, saya mesti mendampingi anak perempuan saya, Ayunda, mengikuti kegiatan ekstra di luar jam sekolahnya seperti latihan taek won do, renang, les matematika dan lain sebagainya.
Nah, dengan aktivitas yang padat terutama di luar rumah tersebut, saya menyadari bahwa tubuh saya sangat rentan terpapar TOXIC popup dan radikal bebas lainnya yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Dari mana ?
Toxic dan radikal bebas tersebut, selain makanan juga bisa berasal dari polusi udara seperti dari asap kendaraan bermotor, kepulan asap rokok yang tak sengaja terhirup, debu jalan yang mengandung pestisida, radiasi sinar UV dan lain sebagainya. Semua orang tahu, BAHAYA POLUSI UDARA popup bagi tubuh. Tapi ini adalah resiko yang mesti saya hadapi dan sepertinya sulit dihindari, setidaknya dalam waktu-waktu ini.

Pakai Masker Saja Tidak Cukup, Ini Cara Saya Tetap Aktif Setiap Hari dan Asik Tanpa Toxic
Memakai masker memang menjadi salah satu cara saya untuk mengurangi dampak polusi udara yang menyebabkan naiknya kadar toxin dalam tubuh. Namun, memakai masker saja menurut saya kurang cukup. Terbukti beberapa kali saya pun masih harus terkapar karena pusing tanpa sebab dan badan terasa amat sangat capek yang ujung-ujungnya mengganggu aktivitas harian saya.
Hal penting lain dari sekedar memakai masker adalah bagaimana saya menjaga daya tahan tubuh. Berkali-kali dokter pun bilang begitu saat saya berobat, apalagi usia saya enggak ABG lagi. Nah, berpegang teguh pada saran dokter, maka pertama dan paling utama yang saya lakukan adalah benar-benar menghindari gaya hidup tidak sehat. Kalau dulu saya suka mengkonsumsi junk food, maka kebiasaan itu sudah lama saya tinggalkan dan menggantinya dengan mengkomsumsi lebih banyak buah, sayur dan makanan yang berserat.
“Ini penting karena sebagian besar penyakit dalam tubuh itu berasal dari pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi,” begitu kata dokter.
Mengimbangi makanan sehat, saya pun meluangkan untuk tetap berolah raga walaupun rame-rame bareng keluarga setiap hari minggu ketika kedai makan tutup dan anak-anak libur sekolah. Aktivitas olah raga ini sekaligus juga saya manfaatkan untuk refresing sekaligus menjadi cara saya mengelola stress karena padatnya aktivitas di hari-hari kerja. Saya juga mesti mengurangi konsumsi gula. Padahal yang namanya ngeteh manis adalah hobi saya, tuh.
Karena ingin sehat, terpaksa hobby ngeteh manis juga saya hentikan. Kalau enggak bisa bahaya, kan. Begitu terkena diabetes, uhh… itu membuka jalan komplikasi penyakit dan akan semakin susah menetralisir kadar toxic dalam tubuh. Oh ya, berpuasa Senin-Kamis dan pada hari-hari tertentu sesuai dengan tuntunan sunnah juga menjadi salah satu cara saya untuk tetap #AsiktanpaToxic. Puasa ini sangat efektif untuk mengeluarkan toxic dari tubuh. Ketika berpuasa, tubuh akan beristirahat sejenak, melakukan pembersihan diri, mengatur ulang fungsinya, pemulihan dan penyegaran. Itu manfaatnya.
Tentang menjaga daya tahan tubuh dari racun yang berbahaya, dokter juga sangat mengajurkan untuk menjaga cairan tubuh dengan memperbanyak minum air putih dan air lemon. Ah, Ini bahkan menjadi kegemaran saya hampir tiap hari. Air lemon sangat bermanfaat untuk mendapat asupan Vitamin C, vitamin yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh. Nah, Vitamin C Ini juga antioksidan paling kuat yang akan menjaga daya tahan dan melindungi tubuh saya dari kerusakan sel akibat radikal bebas dan racun-racun (toxic) yang bersemayam syantik di tubuh serta membantu memulihkan kondisi tubuh saya setelah melakukan banyak aktivitas seharian.
