Cerita Hijabku – Kemarin tiba-tiba Si Kecil Yunda bertanya, “Ma, sejak kapan sih mama pakai hijab ?”. Pertanyaan spontan yang mungkin muncul setelah melihat album foto saya dulu ketika belum berhijab.
Pertanyaan itu seolah menarik memori saya kembali ke masa beberapa puluh tahun lalu, tepatnya tahun 1997. Ketika itu saya masih semester 6 di Unej – Jember Jatim.
Bukan karena trend mode yang membuat saya memutuskan untuk berhijab. Saat itu hijab malah belum menjadi mode, tidak seperti saat ini. Asal mula saya memutuskan berhijab karena saya mengalami pengalaman spiritual melalui mimpi yang menurut saya menakutkan. Mimpi yang tidak biasa sehingga saya menafsirkan sebagai sebuah peringatan, ajakan sekaligus hidayah Allah SWT.
Kalau bukan karena hal itu, saya pikir memutuskan berhijab pada masa itu akan berat. Selain tidak nge-tren, juga karena lingkungan tempat tinggal, pendidikan dan pergaulan di kampus yang bersifat heterogen. Lagian pula sedari SD hingga SMA memang saya lalui di sekolah-sekolah umum bukan sekolah agamis.
Suatu ketika saya bermimpi. Saya ditempatkan dalam sebuah alam yang asing sekali. Entah alam apa namanya. Tidak ada matahari, tidak ada bulan dan bintang tetapi suasana terang seperti diwaktu senja. Dalam alam antah berantah itu, saya berdua bersama seseorang yang tidak saya kenal sama sekali. Bahkan saya tidak mampu melihat wajahnya karena tertutup jubah hitam.
Saya dibimbing menyusuri tempat yang mengerikan. Tubuh ringan seperti melayang. Sesekali menjejakkan kaki ke tanah dan melayang lagi. Lalu, sampailah pada tempat seperti kuburan karena saya belihat banyak batu nisan yang kumuh seperti di film-film horor itu. Orang berjubah hitam itu terus mengajakku lebih ke tengah lagi melewati sela-sela batu nisan tersebut.
Setelah sampai ditengah kuburan itu, saya melihat sebuah bangunan yang megah, bercahaya dan berkilauan. Bangunan itu asing bagi saya karena tidak pernah menjumpai bangunan seperti itu di alam nyata. Ada banyak orang yang berkumpul di dalamnya. Mereka berpakaian serba putih bersih dengan wajah yang berseri-seri tetapi tubuhnya lebih tinggi dari tubuh orang pada umumnya. Sayup-sayup saya mendengar mereka saling bertegur sapa dengan bahasa salam…”Assalamu’alaikum…Assalamu’alaikum,…”
Lalu orang yang berjubah hitam itu berkata, “Kamu bisa menjadi bagian dari mereka dan bahagia di dalamnya. Berhijablah, jaga kehormatanmu dan penuhi kewajibanmu. Jadikan Al-qur’an sebagai petunjuk jalanmu.” Wuuuss, setelah itu tiba-tiba tubuh seperti tersedot masuk dalam pusaran angin. Sebelum tubuh saya berputar-putar, saya mendengar orang berjubah hitam itu berkata-kata lagi, “Mereka menunggumu !”.
Sejurus kemudian saya terbangun dari mimpi yang aneh itu. Tanpa pikir panjang, pagi harinya saya berangkat kuliah sudah dengan mengenakan hijab biru kota-kotak pinjaman teman sekost. Alkhamdulillah, hijab menjadi bagian hidupku hingga saat ini. Saya sangat bersyukur atas karunia itu.
Begitulah Cerita Hijabku. Kadang saya bertanya, siapakah sebenarnya orang berjubah hitam itu dan juga orang-orang yang ada dalam bangunan yag megah itu, malaikat atau jin ? Tak pernah aku mendapati jawabannya. Walaupun demikian saya masih mengingat mimpi yang seram tetapi telah mengubah jalan hidupku itu. Insya Allah, saya ikhlas dan semoga ikistiqomah…