Hobi Baru Yang Bikin Hidup Lebih Hidup
Sudah setahun lebih covid masih menjadi ancaman. Entah kapan akan berakhir. Namun, hidup terus berlanjut. Membangun optimisme kalau covid akan berhenti lebih penting daripada meratapi. Begitulah akhirnya saya menasehati diri sendiri di tengah pandemi yang masih menguasi sembari menekuni hobi baru yang bikin hidup lebih hidup, Losta Masta!

Jam dinding masih menunjukan angka 03.00 WIB dan ayam pun belum juga berkokok. Namun, saya sudah bergegas bangun mengalahkan kantuk yang masih menggelayut di pelupuk mata untuk memulai hari.
Seperti hari-hari sebelumnya, saya terbiasa mengawalinya dengan bersujud dan menengadahkan tangan kepada Sang Pemilik Kehidupan dengan 4 (empat) permintaan. Di belakang ibu saya yang berzikir, saya selalu meminta ampunan, mengucapkan syukur, meminta keselamatan dan minta dimudahkan untuk segala urusan.
Sembari menunggu azan subuh berkumandang, saya sempatkan membuka laptop untuk membalas email hingga ngedraf atau memperbaiki aktikel blog.
Sejak menekuni hobi blogging ini adalah waktu favorit saya. Selain pikiran masih fresh dan memudahkan saya merangkai kata demi kata, setelah subuh jelas saya tak bisa leluasa lagi membuka laptop karena langsung disibukan dengan berbagai rutinitas rumah tangga serta aktivitas ekonomi yang menjamin dapur selalu ngebul.
Ya, meskipun di rumah saja namun aktivitas saya tak kalah sibuk dengan para pekerja kantoran. Hari-hari saya disibukan dengan usaha kuliner rumahan online serta mengasuh bocil berumur tiga tahun yang masih “embokan”. Selain itu, sebulan terakhir ini saya juga menekuni hobi baru selama di rumah yakni membuat jamu tradisional yang prosesnya dimulai sebelum subuh.


Hobi Baru Selama di RUmah
Berawal dari Kegelisahan Diri
Hobi baru membuat jamu tradisional ini berawal dari kegelisahan diri melihat pandemi covid-19 yang belum ada indikasi berhenti.
Setiap kali saya memantau grafik infeksi dan penularan virus di situs resmi satgas covid, grafik itu masih belum benar-benar melandai. Saya khawatir jangan-jangan kita ini masuk dalam jebakan covid (covid trap).
Ya, bagaimana tidak. Bila hari ini kasus infeksi menunjukan indikasi melandai, besok atau lusa akan naik lagi. Bahkan jumlahnya bisa lebih tinggi dari penurunan hari sebelumnya. Kejadian ini berulang-ulang, terus menerus dan sambung-menyambung di berbagai wilayah.
Saya berharap pikiran saya itu salah, dan covid benar-benar segera terhenti dengan segala apa yang diupayakan pemerintah kali ini.
Rasa-rasanya dada ini terasa sesak dan perih melihat sanak saudara, handai taulan, relasi dan tetangga terinfeksi virus mematikan itu. Banyak di antaranya bahkan harus meregang nyawa karenanya.
Tentu saja saya tidak mau tertular dan menularkan virus ini kepada keluarga, tetangga, serta orang-orang yang terhubung dengan aktivitas harian saya.
Itulah kenapa, selain mendisiplinkan diri menjalankan protokol kesehatan plus vaksinasi, penting juga untuk menjaga kekebalan diri.
Nah, salah satu cara mudah menjaga imunitas tubuh adalah dengan mengonsumsi jamu tradisional yang mengandung bahan-bahan alami seperti kunir, temulawak, kayu manis, dan sebagainya. Toh, ibu saya mempunyai resep turun temurun yang bisa dibuat sendiri. Inilah dasar pemikiran saya.
Rasa-rasanya dada ini terasa sesak dan perih melihat sanak saudara, handai taulan, relasi dan tetangga terinfeksi virus mematikan itu. Banyak di antaranya bahkan harus meregang nyawa karenanya.
Hobi Membuat Jamu
Untuk Konsumsi Keluarga dan Tetangga
Pada awalnya, hobi baru membuat jamu ini saya maksudkan untuk dikonsumsi sendiri dan keluarga. Apalagi saya memang terbiasa minum jamu sejak remaja, kebiasaan yang diturunkan oleh ibu kandung saya. Namun bila ada rejeki dan membuat dalam jumlah banyak, jamu buatan saya tersebut saya dermakan untuk sanak saudara dan tetangga kanan-kiri.
Terselip keinginan dalam hati saya, jamu tradisional buatan saya tersebut membantu menaikan imunitas dan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit dan tertular virus.
Saya paham bahwa tertular atau tidaknya tubuh dari virus, patogen, radikal bebas dan virus-virus lain yang menyebabkan tubuh sakit sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh. Itulah kenapa daya tahan dan imunitas tubuh perlu dijaga baik-baik, lebih-lebih dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
Namun, tentu saja mengonsumsi jamu hanyalah salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hal penting lainnya adalah menjaga pola dan gaya hidup sehat, cukup istirahat, berolahraga, mengelola stress dan sebagainya.
Terselip keinginan dalam hati saya, jamu ini bisa membantu menaikan imunitas dan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit dan tertular virus.



Dorongan Suami,
Coba Dipasarkan
Baru berjalan beberapa minggu, suami malah mendorong saya agar jamu tersebut tidak hanya dikonsumsi sendiri namun juga dipasarkan. Dalam kondisi pandemi seperti saat ini di mana daya tahan tubuh adalah faktor penting agar tidak mudah tertular virus, jamu tradisional adalah imun booster yang memiliki peluang pasar bagus dan menjanjikan. Begitu argumen suami.
Awalnya saya ragu karena tidak mempunyai pengalaman sebelumnya. Katakanlah bahwa bahan-bahan jamu memang tersedia melimpah di pasar, namun saya mesti memikirkan juga kemasan dan stiker agar jamu menarik pembeli serta mudah penjualannya. Tak mungkin jamu hanya saya bungkus plastik, bukan? Lalu, apa menariknya? Selain itu, tak mungkin pula jamu saya jajakan door to door karena akan mengganggu aktivitas lainnya.
“Pakai kemasan botol plastik saja, mam. Kemudian coba dulu dititipkan di warung-warung dan penjual makanan di pasar. Siapa tahu laku.” Kata suami.
Ah, iya. Karena awalnya hanya untuk konsumsi keluarga maka hal itu jadi tidak terpikirkan sama sekali. Lalu saya coba cari botol kemasan plastik di Shopee, satu-satunya aplikasi e-commerce yang terinstal di handphone. Saya berharap botol plastik tersebut ada di Shopee.
Seperti sudah menjadi jalan kemudahan yang ditunjukan Tuhan, ternyata ada banyak produk botol plastik di Shopee. Begitu pula dengan stiker label, juga banyak tersedia di Shopee. Absolutely, I am happy!
Sebagai permulaan akhirnya saya membeli 50 buah produk botol plastik dan beberapa ratus stiker transparan. Stiker “Jamu Jengyuni” ini sendiri didesain oleh anak lelaki saya. Nah, setelah botol dan stiker saya terima dari ekspedisi, mulailah saya memproduksi jamu untuk dipasarkan.
Losta Masta!
Bikin Hidup Semakin Hidup
Di awal produksi, saya hanya membuat satu resep jamu yakni kunir asem untuk dipasarkan. Satu resep jamu bisa jadi 22 botol kemasan 250 ml.
Seperti saran saran suami, jamu tersebut saya titipkan di dua tempat yakni sebuah warung sarapan pagi dan lapak makanan ringan di pasar dekat rumah. Harga jualnya saya seragamkan yakni Rp. 6.000 per botol dengan margin keuntungan seribu rupiah untuk penjual.
Tanpa saya duga, dari 22 botol hanya tersisa 2 botol. Tentu saja saya kaget. Benar kata suami, nampaknya jamu tradisional di masa pandemi berpotensi menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Apalagi di kampung saya masyarakatnya memang mempunyai budaya gemar minum jamu tradisional.
Di hari berikutnya, saya memberanikan diri menambah jenisnya. Jamu kunir asem saya kombinasikan dengan sirih (kunir asem sirih), dan minggu-minggu selanjutnya saya perkaya lagi jenisnya dengan temu lawak dan beras kencur.
Seiring berjalannya waktu, tempat-tempat yang saya titipi pun bertambah. Dari semula hanya dua tempat, kini sudah lebih dari 10 tempat. Saya juga menjualnya melalui Shopee untuk pembeli dari sekitar kota Brebes yang terjangkau pengiriman COD melalui Gojek.
Bukan hanya itu, pelanggan perorangan pun bertambah, terutama dari group WA warga dari media sosial yang saya gunakan untuk promosi. Mereka minta diantarkan jamu seminggu sekali, bahkan ada yang minta dua kali seminggu.
Saat ini saya bisa menyediakan 80 botol jamu dalam empat jenis untuk sekali produksi. Namun melihat kemampuan pasar, produksi jamu tidak saya lakukan satiap hari, tetapi dua hari sekali. Kecuali ada pesanan khusus dalam jumlah tertentu.
Tapi percaya atau tidak, hobi baru selama di rumah ini bikin hidup saya semakin hidup dan bersemangat untuk menekuninya. Bagaimana tidak, kurang dari sebulan saja saya mampu mendapatkan income tambahan tak kurang dari Rp 750.000.
Untuk sebuah hobi baru, tentu saja jumlah tersebut lumayan banyak menurut saya. Cukup untuk membayar tagihan listrik dan internet yang menjamin hobi #ngeblogdarirumah dan streaming Baby Bus untuk Si Bocil tetap lancar.
Dan percaya atau tidak, hobi baru selama di rumah ini bikin hidup saya semakin hidup. Bagaimana tidak, kurang sebulan saja saya mampu mendapatkan income tambahan tak kurang dari Rp 750.000.




Akhir Cerita
Kontes Blog Shopee #NgeBlogDariRumah
Melihat prospek, saya semakin semangat mengembangkan hobi baru ini. Siapa tahu hobi baru ini menjadi jalan rejeki bagi keluarga, sebagai jawaban Tuhan atas sujud simpuh dan doa-doa yang selalu saya panjatkan. Ya, Who knows!
Saking semangatnya, saya pun berusaha mengajukan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) ke Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes.
Saat ini saya sedang menunggu jadwal penyuluhan, pelatihan keamanan pangan, kesehatan dan sanitasi dari puskesmas sebagai salah satu syarat mendapatkan SPP-IRT.
Sertifikat tersebut saya butuhkan untuk memberikan rasa tenang dan aman bagi pelanggan (trust), serta pengembangan jaringan pasar. Ya, saya mempunyai harapan jamu tradisional yang saya produksi bisa masuk ke mini martket lokal di tempat tinggal saya.
Begitulah. Selama pandemi, setiap dari kita memang memiliki cara masing-masing untuk melaluinya. Satu yang pasti, dari PSBB hingga PPKM yang berjilid-jilid telah memberikan banyak waktu dan kesempatan untuk melakukan banyak hal dari rumah mulai ngeblog hingga menekuni hobi baru yang mengasikan dan berpotensi mendatangkan pemasukan finansial.
Nah, kalau anda ingin menekuni hobi baru membuat jamu tradisional seperti yang saya lakukan, anda bisa mendapatkan resepnya dari berbagai sumber. Namun, kalau anda tertarik dengan resep keluarga yang saya gunakan, saya pun tak keberatan membagikan resep tersebut kepada anda secara cuma-cuma.
Tulis saja pesan melalui halaman tentang saya. Resep jamu beserta cara pembuatannya pasti akan saya emailkan kepada anda.
Well, terima kasih telah membaca cerita saya. Semoga bermanfaat.