Jejak Harum Astra Di Gedangsari
Salah satu wilayah kecamatan yang dimiliki Kabupaten Gunung Kidul adalah Gedangsari. Secara geografis, kecamatan Gedangsari ini terletak di dataran tinggi dan berada di wilayah paling utara serta berbatasan langsung dengan daerah Bayat, kabupaten Klaten.
Dulu, boleh saja orang menganggap bahwa Gedangsari adalah sebagai kecamatan paling tertinggal dari 18 kecamatan lainnya di Gunung Kidul. Sekarang, kalau kita menjejakkan kaki di tempat ini, kita akan menemukan fakta bahwa anggapan itu salah.
Gedangsari kini lebih semakin moncer dengan pariwisata serta kerajinan batik tulisnya, bahkan telah menjadi salah satu barometer batik nusantara. Tidak hanya di Indonesia, batik Gedangsari juga telah di kenal luas hingga ke manca negara.
Pernah Mati Suri Puluhan Tahun
Sejak dulu, industri batik tulis yang lebih dikenal sebagai “Batik Tancep” khas Gunung Kidul memang telah berkembang di Gedangsari, khususnya desa Sendangrejo dan Tembrono.
Sebelum bersinar seperti saat ini, siapa yang sangka kalau batik Gedangsari ini pernah mengalami mati suri dan kemunduran yang cukup lama. Batik Tancep yang mempunyai ornamen unik ini gaungnya tak terdengar, hilang seperti ditelan bumi.
Menurut Bapak Surono, salah satu pemilik sentra kerajinan batik warna alam di Dusun Tembrono, keengganan generasi penerus dalam “nguri-uri” dan melestarikan menjadi penyebab utama kenapa Batik Gedangsari penah mengalami kemunduran di waktu lalu.
Kembali bangkitnya Batik Tancep Gedangsari ini setelah muncul inovasi batik tulis warna alam dengan pewarna alami yang berasal dari kekayaan alam setempat seperti bambu, buah srikaya, mahoni, pisang dan lain sebagainya.
Kini hampir sebagian besar pengrajin menggunakannya. Walhasil, Batik tulis warna alam Gedangsari menjadi nge-tren dan sangat populer. Selain diperkaya dengan motif-motif baru yang erat dengan flora dan fauna khas Gunung Kidul, penggunaan warna alam ini juga menjadikan batik Gedangsari nampak sangat ekslusive dan “mriyayeni” serta mempunyai nilai jual hingga jutaan rupiah.
Jejak Harum Astra Melalui YPA-MDR
Moncernya batik khas Gedangsari memang tidak terjadi begitu saja. Selain karena inovasi penggunaan pewarna alami, proses kreatif kerajinan batik di Gedangsari juga karena adanya sinergi yang melibatkan semua elemen mulai dari masyarakat, pengrajin batik, sentra-setra batik, pemerintah daerah dan dinas terkait serta dunia akademis.
Peranan dunia akademis dalam perkembangan batik Gedangsari terbilang sangat signifikan. Tak salah bila batik menjadi muatan lokal dalam kurikulum sekolah mulai dari SD hingga sekolah menengah lanjutan. Jadi jangan heran, kalau ke Gedangsari, kita akan melihat anak-anak SD hingga remaja sudah mempunyai keahlian membatik dengan baik.
Sinergi industri kerajinan batik di Gedangsari tak lepas dari jejak Astra International melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) bidang pendidikan dalam SATU (Semangat Astra Terpadu), yang harumnya masih tercium hingga saat ini.
Melalui Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR), PT Astra International Tbk telah memberikan dukungan yang luar biasa bagi tumbuh kembangnya batik melalui jalur pendidikan di sekolah-sekolah di kecamamatan Gedangsari.

Dari Infrastruktur Hingga Pemasaran
Kontribusi sosial Astra dalam bidang pendidikan melalui yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) ini telah membina dan memberikan pelatihan batik kepada 6 SD, 1 SMP dan 1 SMK di kecamatan di Gedangsari. Salah satu SMK yang menjadi binaan Astra melalui YPA-MDR adalah SMK Negeri 2 Gedangsari Jurusan Tata Busana.
Dukungan ASTRA di Sekolah Menengah Kejuruan ini tidak hanya sebatas pelatihan dan pembinaan saja tetapi juga pada kelengkapan insfrastruktur hingga pemasaran dengan memfasilitasi karya siswa dalam berbagai ajang pameran.
Dalam hal insfrastruktur, pembangunan Gedung 2 yang lokasinya tidak jauh dari gedung induk untuk Program Keahlian Tata Busana adalah bentuk dukungan ASTRA pada pendidikan. Gedung baru dengan arsitektur modern yang diresmikan pada tahun 2014 ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang bagi pembelajaran siswa.
“Astra itu mempunyai peran yang sangat besar bagi perkembangan batik Gedangsari dari para jalur pendidikan. Supportnya itu luar biasa mulai dari pembangunan gedung, edukasi dan pelatihan guru dan murid, exhibisi hingga memikirkan jalur pemasarannya,” Begitu penjelasan Ibu Luckmy Lastin, S.Pd, salah satu staff pengajar SMKN 2 Gedangsari yang ditemui penulisbeberapa waktu lalu.
Dukungan Astra dalam bidang pendidikan di Gedangsari khususnya SMK N 2 ini berbuah manis. Sekolah binaan Astra ini telah menghasilkan berbagai karya motif batik yang unik seperti Campursari Gedangsari, Line Srikaya, Mix Bamboes Sweet, Gedang Belukar, Ratu Gedangsari, serta Pring Seling Srikoyo yang memperkaya khasanah batik nusantara.


Batik Gedangsari Karya Siswa Kini Di Kenal Dunia
Hasil karya siswa sekolah binaan Astra SMKN 2 Gedangsari ini sekarang telah di kenal dunia. Dengan menggandeng desainer lokal maupun nasional, batik hasil karya siswa SMKN 2 Gedangsari tampil diberbagai event nasional maupun internasional, salah satunya adalah fashion show bertajuk “Dari Gedangsari Untuk Dunia”.
Fashion show ini sendiri merupakan bagian dari event batik Internasional yakni Jogja International Batik Biennale (JIBB) di tahun 2016 lalu bertempat di Jogja Expo Center (JEC), Jogjakarta.
Tak hanya JIBB, batik hasil karya siswa-siswa binaan Astra ini juga hadir dalam pameran seni paling bergengsi di Indonesia yakni INACRAFT 2016 yang digelar di Jakarta Convetion Center (JCC) pada tahun yang sama.
