Hei, kapan kamu terakhir ke Malioboro ? Kalau kamu seorang traveler yang suka “Njajah Deso Milangkori”, sepertinya kamu mesti menyempurnakan predikat itu dengan mengunjungi tempat legendaris ini.
Jogja Sukses Gelar Mataram Culture Festival 2 – Sabtu (15/7), Malioboro terasa semakin istimewa. Siang itu Dinas Pariwisata Propinsi DIY bersama Genpi Jogja dan Komunitas Jogja Shutter Camp kembali menghelat event budaya tahunan “Mataram Culture Festival”. Dalam catatan saya, tahun ini merupakan tahun kedua setelah sukses pada penyelenggaraan event yang sama pada November 2016 lau.
Bedanya, kalau tahun lalu event dilaksanakan di kampung Siliran Pojok Beteng Wetan, tahun ini venue berada di dua tempat yakni pedestrian timur Malioboro dengan puncak acara dilaksanakan di Monumen Serangan Umum 1 Maret yang berada di titik 0 km.
Gelaran Mataram Culture Festival 2 yang dilaksanakan paruh hari mulai jam 13.00 WIB hingga 21.00 WIB ini menyajikan 2 (dua) agenda istimewa yakni Parade Dolanan Anak Tempoe Doeloe dan Mataram Art Performance.
Menurut salah satu panitia penyelenggara yang sempat saya temui, event budaya ini dimaksudkan sebagai tanggung jawab moral generasi muda Jogja pada khususnya untuk “nguri-nguri” warisan budaya Jawa yang adiluhung ditengah merebaknya budaya kontemporer yang berpotensi melunturkan identitas budaya bangsa.
Event yang berlangsung di hari-hari terakhir liburan sekolah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang tengah berkunjung ke Malioboro.
Ini terbukti dari antusias wisatawan yang sengaja menghentikan langkah dan bergabung dengan para peserta lomba photo hunt & Photo Sharing untuk mengabadikan setiap momen event melalui kamera digital maupun kamera handphone yang dibawanya.
Parade Dolanan Anak Tempo Doeloe Di Sepanjang Pedestrian Malioboro
Parade Dolanan Anak Tempo Doeloe yang merupakan salah satu agenda dalam Mataram Culture Festival 2 ini menyajikan permainan-permainan tradisonal anak yang merupakan warisan budaya masa lampau.
Setidaknya ada 7 (Enam) jenis permainan yang dimainkan anak-anak dari Sanggar Anak Saraswati Panggungharjo Sewon Bantul ini yakni Egrang, Bathok, Lompat Bambu, Jamuran, Lompat Tali, Ancak-Ancak Alis dan Icipili Mitirimin. Uniknya, ketujuh permainan tradisional tersebut dimainkan dengan sistem geser sepanjang pedestrian Malioboro dengan jarak kurang lebih 2,5 km hingga monumen Serangan Umum 1 Maret.
Selain mengenal ketujuh jenis permainan tradisonal ini, sistem geser ini secara tidak langsung juga mengajak peserta dan wisatawan untuk lebih mengekplorasi keberhasilan pemerintah daerah dalam progam revitalisasi kawasan Malioboro sebagai ruang publik dan ekspresi kota.
Egrang, Bathok, Lompat Bambu, Jamuran, Lompat Tali, Ancak-Ancak Alis dan Icipili Mitirimin dimainkan dengan sistem geser sepanjang pedestrian Malioboro dengan jarak kurang lebih 2,5 km
Pertunjukan diawali dengan permainan Egrang. Dengan diiringin tabuhan kendang yang dimainkan oleh seorang bocah, beberapa anak berpakaian tradisional menunjukkan keahliannya memainkan permainan ini, persis di depan Kantor Dinas Pariwisata Yogyakarta. Selagi anak-anak menunjukkan keahliannya memainkan permainan tempoe doeloe ini, para peserta lomba Foto dan wisatawan sibuk mengabadikannya dari berbagai sisi.
Tak sampai 20 menit, wisatawan di ajak bergeser titik kedua untuk menyaksikan dolanan Bathok di depan kantor DPRD DIY. Dalam durasi waktu yang kurang lebih sama, wisatawan kembali diajak bergerak ke titik ketiga yang berada di depan Malioboro Mall untuk menyaksikan anak-anak yang sedang dolanan Lompat Bambu Malioboro Mall.
Permainan tradisional selanjutnya yang dipertontonkan kepada wisatawan berturut-turut adalah Jamuran di depan Hotel Mutiara, Lompat tali (depan Kepatihan) dan Ancak- Ancak Alis (Depan Ramayana) dan Incipili Mitrimin (Depan Pasar Beringharjo).
Momen menarik yang saya tangkap dalam rangkaian dolanan anak ini adalah pengalungan kalung kepada wisatawan mancanegara oleh salah satu satu anak yang sedang memainkan permainan tradisional. Menurut salah satu pembina dari Sanggar Anak Saraswati, kalung tersebut dirangkai sendiri oleh anak-anak menggunakan bahan daur ulang.
Mataram Art Performance
Sebagai puncak acara dalam gelaran Mataram Culture Festival 2 ini adalah Mataram Art Performance di panggung terbuka Monumen Serangan Umum 1 Maret. Acara yang dimulai dari pukul 18.00 hingga 21.00 WIB dan terbuka untuk umum ini menampilkan berbagai macam performance seperti modern dance dan dua Sendratari dalam tata panggung dan lighting yang spektakuler. Pada puncak acara ini juga diumumkan pemenang dan penyerahan hadiah lomba foto, pembagian doorprize, serta makan malam bersama yang dikemas secara unik dalam format Kembul Dhahar atau Kenduri bersama-sama.
Kesuksesan gelaran Mataram Culture Festival 2 ini seolah menegaskan kembali bahwa Jogjakarta memang Istimewa sebagai pusat budaya dan pendidikan, menjadi kebangga Indonesia. Selain itu, keberhasilan ini akan menjadi cerita seru dan pengalaman berharga terutama bagi wisatawan asing yang menyaksikan. Secara tidak langsung ini memberikan dampak positif bagi industri pariwisata Jogjakarta diwaktu-waktu mendatang.
Begitulah Jogja, Kekayaan khasanah budaya Indonesia juga berawal dari sini. Mangayu Hayuning Bawana.