Kearifan Lokal Jogja Yang Mendunia
Jogjakarta adalah miniatur Indonesia. Selain sebagai kota pendidikan, Jogja juga dikenal juga sebagai kota budaya. Empat Kabupaten yang mengelilingi, mulai dari Kulonprogo hingga Gunung Kidul, Sleman hingga Bantul, bersinergi dan guyup rukun yang menjadikan Jogja begitu istimewa.
Jogja memang istimewa. Di tengah modernitas, Jogja mampu mempertahankan kearifan lokal budaya Jawa yang adiluhung bersanding dengan budaya kekinian. Lihat saja, di pusat kota terdapat keraton Ngayogjokarto Hadiningrat yang merupakan simbol kerajaan di masa lalu dengan segala keunikan tradisi dan budaya Jawa sedangkan di bagian utara merupakan wilayah kota yang modern.
Berbagai macam kearifan lokal terpelihara lestari turun temurun hingga kini mulai dari adat istiadat, kesenian, makanan khas, keelokan alam hingga keramahan dan kesederhanaan warganya. Dengan kesadaran pribadi, setiap entitas yang menghuni Jogjakarta mempunyai komitmen untuk sama-sama berpartisipasi menjaga, melestarikan, melindungi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal tersebut.
Tidak heran bila kearifan lokal yang dimiliki Jogja ini tidak hanya dikagumi dalam lingkup nasional tetapi juga dunia internasional.

Batik, Kearifan Lokal Jogja Yang Mendunia
Salah satu kearifan lokal yang dimiliki Jogja adalah batik. Bahkan dengan batik, Jogja dianugerahi sebagai Kota Batik Dunia oleh Unesco pada tahun 2014 lalu. Kerajinan batik Jogja memang sudah dikenal sejak masa raja Penembahan Senopati I (Kerajaan Mataram ke-1) dengan pusat kerajinannya berada di daerah Plered. Kabupaten Kulon Progo batik berkembang pesat di daerah Sapon, Gulurejo dan Lendah sedang Pusat batik di Kabupaten Bantul berada di wilayah Imogiri, Giriloyo, Pandak, Plered dan sekitarnya.
Saat ini terdapat lebih dari 3.000 IKM (Industri Kecil Menengah) memproduksi batik dan segala pernak-perniknya yang tersebar merata di 5 kabupaten/Kota Jogjakarta. Di pusat kota Jogja, industri batik berada di daerah Taman Sari sedangkan untuk kabupaten Sleman berada di daerah Turi, tepat di lereng gunung Merapi yang melegenda. Gunung Kidul yang merupakan kabupaten di ujung Selatan Jogja, Sentra Industri batik tulis Tancep khas Gunung Kidul berkembang di Ngawen yakni di desa Sendangrejo, Trembowo, Gedang Sari dan sekitarnya.

Gedangsari, Barometer Baru Batik Jogjakarta
Wilayah Kecamatan Gedangsari Gunungkidul yang berbatasan dengan Klaten ini sejak dahulu memang dikenal memiliki potensi batik yang menjadi kearifan lokal Jogjakarta secara umum dan Gunung Kidul pada khususnya. Sebelum bersinar seperti saat ini, batik Gedangsari memang pernah mengalami kemunduran cukup lama.
Kembali bangkitnya batik di Gedangsari ini setelah muncul inovasi batik warna alam (pewarna natural). Kini batik Gedangsari menjadi sangat populer dan menjadi salah satu barometer baru batik Jogja dengan motif flora dan fauna khas Gunung Kidul.
Kembali bergairahnya kerajinan batik di Gedangsari merupakan hasil semangat masyarakat pengrajin yang didukung penuh oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta pihak swasta. Uniknya, proses kreatif kerajinan batik di Gedangsari melibatkan semua elemen masyarakat yang tidak hanya didominasi oleh para pelaku bisnis yang tergabung dalam IKM-IKM batik, tetapi juga dunia akademik mulai dari tingkat SD hingga sekolah lanjutan.
Adalah Astra International melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) bidang pendidikan dalam SATU (Semangat Astra Terpadu) yang telah menjembatani hal ini.

Melalui Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR), PT Astra International Tbk telah memberikan pembinaan membatik di sekolah-sekolah di kecamamatan Gedangsari.
Pemilihan kecamatan Gedangsari sebagai kecamatan rintisan sentra industri batik dengan melibatkan institusi pendidikan sangat tepat. Selain karena Gedangsari adalah sentral batik Gunung Kidul di masa lalu, juga memiliki kekayaan yang menjadi bahan dasar pewarna alami untuk batik seperti bambu, buah srikaya dan pisang.
Kontribusi sosial Astra dalam bidang pendidikan ini telah membina dan memberikan pelatihan batik kepada 6 SD, 1 SMP dan 1 SMK di kecamatan ini. Salah satu SMK yang menjadi binaan Astra melalui YPA-MDR adalah SMK Negeri 2 Gedangsari Jurusan Tata Busana Butik Batik.
Dari proses kreatif para siswa binaan Astra di SMKN 2 Gedangsari ini, bebagai karya motif batik yang unik telah dihasilkan seperti Campursari Gedangsari, Line Srikaya, Mix Bamboes Sweet, Gedang Belukar, Ratu Gedangsari, serta Pring Seling Srikoyo.






Dengan menggandeng desainer senior asal Yogyakarta Dandy T Hidayat, batik hasil karya siswa SMKN 2 Gedangsari tampil pada sebuah fashion show bertajuk “Dari Gedangsari Untuk Dunia”. Fashion show ini sendiri merupakan bagian dari event batik Internasional yakni Jogja International Batik Biennale (JIBB) di tahun 2016 lalu bertempat di Jogja Expo Center (JEC), Jogjakarta.
Selain JIBB, batik hasil karya siswa-siswa binaan Astra di Gedangsari ini juga hadir dalam pameran seni paling bergengsi di Indonesia yakni INACRAFT 2016 yang digelar di Jakarta Convetion Center (JCC) pada tahun yang sama. Keberhasilan batik Gedangsari hasil karya siswa sekolah binaan Astra di pentas nasional dan internasional ini memberikan dampak positif kelestarian salah satu kearifan lokal Jogjakarta secara umum yakni batik.
Lain daripada itu, keberhasilan ini juga tidak lepas dari kontribusi sosial Astra bidang pendidikan melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) sebagai bagian dari semangat SATU Indonesia Berbagi, Inspirasi 60 Tahun Astra. Apa yang telah dilakukan oleh Astra ini semestinya bisa menjadi role model bagi perusahaan-perusahaan lain dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, bangsa dan negara.