Kucingmu Cuddly Killer atau Lovely Pet?

Tahun 1894 David Lyall mulai bekerja menjadi penjaga mercusuar di pulau Stephens, Selandia Baru. Dia membawa serta kucingnya, Tibbles, yang saat itu sedang hamil. Tibbles melahirkan anak-anaknya dan sebagian dari mereka hidup.
Di pulau Stephens hidup sekawanan burung yang tidak bisa terbang. Merupakan salah satu dari empat jenis burung berkicau yang tidak bisa terbang.
Seperti banyak kucing lainnya Tibbles kadang membawah “hadiah” untuk pemiliknya, David. Berupa hewan-hewan kecil yang ditangkapnya. Seringkali yang dibawanya adalah burung berkicau yang tidak bisa terbang itu.
Kurang dari dua tahun sejak kedatangan David dan Tibbles, burung yang tidak bisa terbang di pulau Stephens punah. Diduga mereka habis diburu oleh Tibbles. Dan burung yang punah itu kemudian dinamakan dengan… burung Lyall.
Kucing Si Cuddly Killer
Apa yang dilakukan Tibbles, dalam skala yang mungkin berbeda, juga dilakukan kucing-kucing di masa sekarang. Selama bertahun-tahun ahli ekologi satwa liar telah meneliti dampak mematikan dari kucing. Menurut Wildlife Society dan American Bird Conservacy rata-rata kucing outdoor membunuh sekitar dua hewan kecil per minggunya.
Mungkin sedikit yang menyadarinya, burung sangat penting bagi kehidupan manusia. Mereka menyebarkan benih, menyerbuki tanaman, mengendalikan serangga, dan berperan melindungi lingkungan dari dampak perubahan iklim. Kucing outdoor adalah salah satu penyebab utama kematian banyak burung liar.
Orang Amerika Serikat memiliki lebih dari 80 juta kucing peliharaan. Dua pertiga hingga tiga perempatnya adalah kucing indoor yang manis, jarang menginjakkan kaki di luar rumah, dan tidak berbahaya untuk kelangsungan hidup burung liar.
Namun seperempat hingga sepertiganya diperkirakan dipelihara outdoor, yang mengancam kehidupan burung dan mamalia kecil. Ditambah lagi dengan adanya kucing liar yang menimbulkan masalah lebih besar. Yang, menurut Peter P Marra penulis buku Cat Wars: The Devastating Consequences of a Cuddly Killer, rata-rata membunuh hewan kecil tiga kali lebih banyak dibanding kucing peliharaan outdoor.
Dalam studi tahun 2012 Peter Marra memperkirakan jumlah kucing liar di Amerika antara 30 hingga 80 juta ekor. Sementara organisasi Humane Society memperkirakan jumlahnya antara 30 sampai 40 juta ekor.
Contoh lain, di Jerman diperkirakan ada sekitar 2 juta kucing liar, ditambah banyak kucing yang dipelihara outdoor. Asosiasi Berburu Jerman (Deutscher Jagdverband) memperkirakan bahwa kucing membunuh setidaknya 14 juta burung per tahunnya, juga banyak reptil dan mamalia kecil.
Sekitar 70% pemilik kucing di Inggris dikatakan memelihara kucingnya secara outdoor, dan hal yang sama diperkirakan juga terjadi di negara-negara Eropa lainnya. Sebuah studi menyatakan bahwa di Inggris kucing membunuh 160 hingga 270 hewan setiap tahunnya, dimana seperempatnya adalah burung.
Kucing yang hidup liar di pulau-pulau kecil juga ditengarai menyebabkan atau berkontribusi terhadap 33 (14%) kepunahan burung, mamalia, dan reptil modern yang masuk dalam Red List dari International Union for Conservation of Nature.
Beberapa Solusi
Menurut saya solusi dari permasalahan yang ada adalah dengan memelihara kucing secara indoor. Bukan berarti kucing tidak pernah dikeluarkan sama sekali. Tapi sesekali bisa diajak bermain dan berjalan-jalan di luar rumah, bisa dengan memakai tali dan harness.
Kucing saya juga dipelihara indoor, namun sesekali saya ajak bermain di kebun samping tempat tinggal saya. Selalu saya awasi, selain supaya tidak kabur juga agar tidak memburu hewan-hewan kecil yang ada.
Kucing peliharaan meski jinak dan akrab dengan manusia masih mempunyai naluri berburu. Kucing saya yang jauh lebih jinak setelah disteril juga masih memiliki naluri berburu. Dia pernah mengejar cicak, kupu-kupu, dan capung yang masuk ke dalam rumah, bahkan membunuhnya.
Maka kucing juga perlu diberi mainan dan diajak bermain untuk memenuhi naluri berburunya. Mainan bisa beli, membuat sendiri, atau memanfaatkan benda-benda yang aman di rumah. Seperti tutup botol plastik, tali, bola kertas, atau pesawat terbang kertas.
Kalaupun kucing terpaksa dipelihara outdoor atau semi outdoor, sebaiknya diberi makan yang cukup dengan harapan mengurangi keinginannya berburu. Lebih baik lagi kalau memungkinkan agar kucing disteril, selain lebih jinak juga untuk mengendalikan populasi kucing jalanan.
Trap-Neuter-Return (TNR) juga bisa diterapkan, yaitu menangkap kucing liar, mensterilkan mereka, lalu melepaskannya kembali. Tujuannya agar kucing bisa terus menjalani kehidupan mereka tetapi tidak bisa bereproduksi.
Namun banyak ahli ekologi mengatakan bahwa TNR kurang efektif jika hanya dilakukan sekedarnya. Agar TNR efektif setidaknya 75% kucing liar dalam sebuah koloni harus disterilkan.
Yang tentu membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Saya sangat respek pada pihak-pihak yang melakukan TNR, yang tidak paham mungkin memandang kegiatan mereka sia-sia, padahal sangat berarti.
Solusi lain yang terpikirkan oleh saya adalah dengan menjadi pemilik kucing yang bertanggung jawab, baik terhadap kucingnya maupun lingkungan sekitar. Pemilik kucing sangat berperan menjadikan kucingnya peliharaan yang manis atau cuddly killer.
Memelihara kucing adalah komitmen seumur hidup kucing itu sendiri. Harus serius, jangan memelihara lalu begitu bosan kucingnya dibuang sembarangan.
Referensi:
- https://www.smithsonianmag.com/science-nature/moral-cost-of-cats-180960505/
- https://www.nature.com/articles/ncomms2380
- https://www.discovermagazine.com/planet-earth/free-roaming-cats-could-be-an-environmental-menace
- https://www.dw.com/en/your-cat-is-killing-the-earth-but-you-can-prevent-it/a-40003245
- https://www.theguardian.com/environment/2022/aug/14/cats-kill-birds-wildlife-keep-indoors
- Foto: Acebrand, Pixabay