Melampaui Batas Diri Dengan Indihome Fiber – Kang Mas dan Mbak Yu yang saya sayangi. Kalau saat ini kita hidup dalam dunia yang serba digital dan serba mudah, itu karena kelanjutan dari kejadian-kejadian di masa lalu yang terkadang karena ketidaksengajaan, musibah atau malah pertentangan yang justru menimbulkan semangat ‘balas dendam’ dalam arti postif.
Salah satu kejadian masa lalu yang memberikan dampak besar hingga saat ini adalah ‘kecemburuan’ Amerika terhadap Uni Soviet (Rusia), yang berhasil mengorbitkan Sputnik tahun 1957 karena setahun kemudian terbentuklah ARPA (Advanced Research Projects Agency).
ARPA inilah cikal bakal lahirnya dunia digital hingga ditemukannya teknologi internet tahun 1982. Nah, pasca internet ditemukan, technically, dunia berubah menjadi digital tanpa batas seperti yang kita alami saat ini. Kalau mau lihat timelinenya seperti ini.
8 tahun kemudian (awal tahun 1990-an), digitalisasi internet mulai dikenal negara kita. Saat itu cuman 0,5% dari 203 juta jiwa penduduk republik ini yang mampu menikmatinya. Itu pun dari instansi pemerintah, perusahaan, institusi pendidikan dan kalangan orang-orang tertentu saja.
Tahun 2000-an hingga 2015 #IndonesiaMakinDigital. Siapapun akan geleng-geleng dan gedeg-gedeg, karena pertumbuhannya sedemikian cepat. Kalau Sampeyan gak percaya, Ini buktinya…
#INDONESIAMAKINDIGITAL SAYA MASIH PAKAI MODEM “COLOK”
Kangmas dan Mbakyu. Saya bersentuhan dengan dunia digital internet juga belum terlalu lama, kok. Seingat saya akhir tahun 2013. Mungkin sedikit terlambat ya. Tentu saja karena sebuah sebab.
Di kampung saya, Perumahan Griya Purwa Asri Rt 19 Rw 06 Sanggrahan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta , tidak semua rumah ada sambungan telpon dan internet. Padahal banyak tetangga yang membutuhkan koneksi internet karena profesinya baik sebagai dosen, PNS, karyawan kantoran, wiraswasta dan lain sebagainya.
Untuk kebutuhan internet warga memperolehnya dengan cara masing-masing, kalau yang punya modem ya pakai modem, kalau yang enggak punya larinya ke warnet. Yang paling deket jaraknya 3 km. Lokasinya ada di depan Toserba Pamela 7 purwomartani masuk ke perumahan pertamina. .
Kalau saya pakai modem ‘colok’ GSM alias model USB punya suami, tetapi hanya bisa dipakai sepulang kerja. Merknya Sierra Wireless AT&T 881 pakai kartu Telkomsel. Saya masih menyimpannya hingga saat ini karena sudah enggak laku dijual :). (Kalau ada yang minat, PING ME email saya :))
Awalnya memasuki dunia digital internet sekedar buat socmed, baca berita, cari resep masakan dan ngumpulin tutorial (minus Youtube). Yah, seputar itu saja. Tapi dasar saya, orangnya selalu ingin tahu, selalu penasaran dan seneng mencoba sesuatu yang baru. Keinginan untuk mendapatkan ‘lebih’ dari sekedar socmed dan browsing lambat laun memprovokasi otak dan meracuni pikiran.
Saat itu saya sudah tertarik belajar gambar menggambar/grafis. Penyebabnya adalah gara-gara selalu dapat brosur Carrefour (sekarang Lotte Mart) yang dikirim ke rumah via pos setiap bulan. ” keren juga kalau bisa beginian,” Pikir saya.
Karena ketertarikan itu, saya suka membuka web atau blog untuk mencari tutorial-tutorial serderhana tentang dunia grafis. Dengan latar belakang sekolah yang tidak ada kaitannya dengan dunia grafis, memang terasa sulit memahami tutorial tersebut.
No surrender. Saya coba mencari tutorial di youtube. Oh my god, ada ratusan di situ. Ini sesuai dengan type belajar saya yakni “learning by doing”, belajar langsung praktek dengan melihat video tutorial.
Tetapi malanglah nasibku ! Ternyata buffering parah. Bahkan sering DC. Bagaimana bisa belajar dengan kondisi seperti ini? Saya kerep dibuat sewot kalau sudah seperti itu. Suami bilang karena modemnya panas atau paketannya mau habis. O la..la…
Memang sih paketan internetnya kelas ekonomi, go ban-nan alias 50 rb. Kalau paket data primernya habis, kecepatan jadi menurun sehingga susah untuk putar video youtube. Seperti itu. Akhirnya, ya berproses apa adanya dengan fasilitas apa adanya pula. Tapi masih untung masih ada koneksi untuk buka blog, web dan socmed.
MERAYU SUAMI PASANG INTERNET DI RUMAH
Kangmas dan Mbakyu. Saya sempat merayu suami untuk pasang telpon plus speedynya. Sayang, suami masih keberatan. Pertimbangannya adalah kebutuhan yang semakin meningkat seiring masuknya anak-anak ke Sekolah Dasar serta kebutuhan-kebutuhan lain yang belum kelar seperti angsuran kendaraan dan sebagainya.
“Usaha merayu suami untuk pasang internet dirumah GAGAL, karena alasan kondisi keuangan belum memungkinkan.”
Saya bisa menerima kalau suami masih keberatan. Sayalah bendaharanya, yang tahu kondisi keuangan keluarga. Mestinya kalau dipaksain sih bisa-bisa saja tetapi jatuhnya ngepas banget. Saya kalkulasi efeknya malah nggak bisa saving. Padahal itu penting buat jaga-jaga kalau ada kebutuhan mendesak seperti perbaikan motor, iuran kegiatan sekolah anak misalnya.
Maklum saja, suami hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta di Jogja, sedangkan saya hanya wiraswastawati kelas recehan yang mengisi waktu dengan kegiatan droping es zuzu di kantin sekolah anak sulung saya, SD Sidorejo 1.
Saya sih thinking positif saja. Meenganggap ini sebagai sebuah keinginan yang tertunda. Cepat atau lambat Allah pasti akan mengabulkan. That’s what i think.
KABAR GEMBIRA DARI PAK RT SEPERTI DAPAT DURIAN RUNTUH
Kangmas dan Mbak Yu. Suatu ketika suami kasih kabar menggembirakan dari Pak RT, Bapak Suhirjan (sekarang jadi Ketua RW), bahwa di RT 20 warga bersepakat bikin jaringan internet. Internet RT/RW istilahnya. Wuih..seperti dapat durian runtuh di depan mata. Langsung saya peluk suami tersayang. Muach…muach…
“Oh my god, akhirnya Allah memudahkan dan menjawab keinginanku” Aku kegirangan. Sudah kebayang apa yang bakal saya lakuin dengan akses internet bisa 24 jam di rumah.
EPISODE INDIHOME UNTUK JARINGAN INTERNET WARGA RT 20 RW 06
Kang Mas dan Mbak Yu. Diawal pemasangan jaringan internet di RT 20, warga kena iuran Rp. 300.000. Seingat saya uang yang terkumpul dipergunakan untuk membeli perlengkapan internet, iuran bulan pertama sebesar Rp 65.000 (sekarang naik menjadi Rp. 75.000), uang khas dan sebagainya. Sangat terjangkau kantong kan dengan iuran segitu.
Jaringan internetnya menggunakan Telkom Speedy (sekarang Indihome). Modem router ada di Balai RW 06 sedangkan jaringan telponnya diambil dari rumah Bapak Suhirjan yang bersebelahan dengan balai RW. Dari Balai RW ini, kabel internet ditarik ke rumah anggota yang berjumlah 14 orang. kenapa 14 adalah untuk menjaga beban koneksi. Begitu kata teknisinya.
Dikarenakan jaringan internet RT 20 menggunakan kabel (bukan WIFI) maka satu anggota mendapat satu line kabel internet. Bagi anggota yang ingin menjadikan sebagai hotspot dirumah, maka tinggal nambahin semacam modem router sebagai access point. Jadi internetan bareng-bareng sekeluarga tanpa harus gantian.
EPISODE BELAJAR APAPUN JADI MUDAH DENGAN INTERNET CEPAT INDIHOME
Kang Mas dan Mbak Yu. Sejak di rumah ada jaringan internet indihome kehidupan saya jadi lebih akrab dunia digital. Kapanpun dan apapun yang saya mau, terkait dengan berita, socmed, tutorial, film dan kawan-kawannya mudah untuk didapatkan.
Memang, saya tidak secara langsung menjadi pelanggan indihome tetapi saya secara ‘defacto’ adalah pemakai layanan indohome melalui internet warga di kampung tempat tinggal saya. Setelah menggunakan Indihome, setidaknya bisa bercerita kepada Mas dan Mbakyu bahwa saya benar-benar bisa membuktikan 4 hal berikut ini,
Posisi sebagai ibu rumah tangga dengan sedemikian banyak pekerjaan rumah mengharuskan saya bisa membagi waktu antara kewajiban mengurus suami dan anak serta aktifitas digital dunia maya.
Agar tidak menjadi bibit permasalahan dalam keluarga, saya mengkomunikasikan dengan suami tentang keinginan dan harapan dengan adanya fasilitas internet tersebut. Alhamdulillah, suami openfull dan mendukung minat saya untuk memfaatkan internet dengan tujuan yang baik dan bermanfaat. Begini saya mengatur waktu setelah dirumah ada jaringan internet Indihome.
Saya mulai belajar sedikit demi sedikit tentang dunia grafis dengan sumber utama dari tutorial youtube. Saya juga ingin menunjukan kepada suami bahwa tidak ada batasan gender di dunia grafis. Siapapun bisa mempelajarinya. Toh, di luaran sana sudah banyak yang membuktikannya.
Tidak ada target apapun. Saya hanya ingin mengenal dan bisa sedikit grafis. Barangkali bermanfaat untuk bikin panflet acara 17-an yang rutin dirayain di kampung daripada bayar orang untuk mbikinin, begitu pikir saya. Awalnya saya merasa sulit karena tidak ada basik ilmu tentang hal itu, sama sekali. Bertolak belakang 180 derajat dengan apa yang saya pelajari saat sekolah dulu yakni Ilmu Hubungan Internasional (HI).
Tetapi karena ada minat, lambat laun sedikit banyak bisa memahaminya. Apalagi saya terbantu dengan jaringan internet indihome yang cepat tanpa buffering untuk menjalankan video tutorial dari youtube. It’s perfect !
Untuk memudahkan, saya membuat skala prioritas mana yang harus saya pelajari terlebih dahulu. Saya mengawalinya dengan aplikasi standart design seperti Coreldraw, Photoshop dan Ilustrator. Setelah itu sedikit-sedikit mempelajari aplikasi 3D dan editing film. Sesekali ngeblog untuk mencurahkan uneg-uneg. Sayang blog yang pertama kelupaan passwordnya.
EPISODE PENCAPAIAN PERTAMA BIKIN SEMAKIN GIAT BELAJAR
Kurang lebih setahun saya belajar mandiri melalui youtube. Hasil dari belajar tersebut saya aplikasikan perlahan-lahan. Memang sederhana dan apa adanya. Jauh dari kesan sempurna. Walaupun demikian lumayanlah bikin hati seneng apalagi berawal dari sama sekali tidak tahu.
Uniknya, hasil praktek yang pertama kali terpublish bukan grafis tetapi justru video editing. Ini disebabkan karena lomba-lomba blog yang saya ikuti. Ini adalah beberapa hasil pencapaian tersebut, Kang Mas dan Mbakyu please yang “dicemooh” ya.
TUTORIAL APLIKASI ANAK CERDAS ACER
Tutorial ini adalah karya pertama, yang saya buat tahun 2014 sebagai pelengkap postingan blog lomba review aplikasi tersebut di KEB (Komunitas Emak-Emak Blogger).Sangat sederhana, kan? Ya begitulah karena pembuatannya pun menggunakan software yang sederhana yakni Camtasia Studio dan Adobe Premier.
Walaupun blognya kalah, tetapi video tutorial tersebut dipakai juga oleh peserta-peserta lain mengikuti lomba tersebut. I know it very much !. Insya Allah mengalir pahala untuk saya he..he..he..
VIDEO UCAPAN ULTAH KE-1 BBLOG
Video ini juga saya bikin tahun 2014 untuk ikut lomba perayaan satu tahun komunitas Bblog.Ini juga sangat sederhana. Tetapi pembuatannya sedikit rumit dibandingkan yang pertama karena saya mencoba membuatnya dengan software hasil belajar di youtube yakni cinema 4D.
Ah, ini juga kalah karena penentuan pemenangnya menggunakan sistem “like” he..he..he…. #mundurteratur. Tapi sumpah saya puas karena sudah bisa ikutan dengan model video animasi buatan sendiri.
TVC KOMUNITAS LARAS ASRI KALASAN
Sejak bersentuhan dengan dunia digital, setidaknya saya sudah membuat 30 video editing sederhana, baik untuk dokumentasi maupun keperluan pelengkap blog. Sebagian besar saya updoad di youtube. Dari praktek membuat video editing dan animasi tersebut, yang tersulit dan terlama menurut saya ketika membuat TVC KOMUNITAS LARAS ASRI KALASAN untuk komunitas angklung ibu-ibu RW 06 Purwomartani Kalasan, dimana saya menjadi salah satu anggotanya dan pemainnya. Seneng rasanya ketika TVC ini diputar saat Konser Angklung 3 Komunitas Warga tahun 2015.
Harusnya ada cara yang lebih simpel, tetapi karena kerterbatasan saya belum menemukan cara tersebut. Akhirnya, TVC ini saya buat dengan menggunakan software Cinema 4D, Adobe After Effect, Adobe Premier dan Photoshop. Itulah kenapa lama dan lumayan menyulitkan saya yang baru tahap belajar. Tetapi rasanya seneng sekali bisa mempersembahkan karya buat komunitas musik angklung di kampung saya.
Lebih dari itu, proses ini terjadi karena kemudahan dalam mencari tutorial di youtube maupun aplikasi video lainnya. Semua berkat Indihome yang memberikan jaminan koneksi internet cepat. Thanks om telkom !
Selain hasil video editing, dari hasil belajar mandiri berkaitan dengan grafis 2D dan 3D juga ada. Kebanyakan saya buat dengan menggunakan Adobe Photoshop dan atau Cinema 4D. Pengalaman yang menarik menurut saya adalah ketika saya mendapat Job Design pertama kalinya dari sebuah perusahaan di Yogyakarta, walaupun melalui sebuah advertising agency.
Uniknya, agency itu menghubungi saya setelah melihat satu gambar yang saya posting di facebook. Job pertama tersebut adalah membuat gambar 3D untuk boot pameran dengan ukuran 6 x 4 meter. Ini dia konsep 3D-nya dan realisasinya.
Dibanding dengan video dan animasi, hasil praktek grafis memang lebih banyak. Kalau waktu sedang senggang saya menghabiskannya dengan ‘utak-utik’ gambar di laptop. Hampir semuanya sederhana sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan saya yang tidak mempunyai dasar teori yang semestinya. Beberapa hasil praktek tersebut sebagian saya masukan di menu portofolio blog ini.
Seiring perjalanan waktu, beberapa kali saya mendapatkan job kecil-kecilan untuk design 2D dan 3D sederhana. Kalau memang sulit untuk saya penuhi, saya pun menolak job tersebut dengan alasan saya belum mampu. Sampai saat ini saya mempunyai beberapa client baik perorangan maupun korporasi.
Yah, dari sebuah awal yang tidak “bertarget” sama sekali karena hanya berangkat dari rasa suka ini justru akhirnya malah menghasilkan pemasukan secara ekonomis. Walaupun hasilnya belum seberapa tetapi saya menganggapnya sebagai sebuah penghargaan yang luar biasa bagi pembelajar seperti saya.
SEBUAH ANGAN-ANGAN DISAAT #INDONESIAMAKINDIGITAL
Kang Mas dan Mbak Yu. Dunia memang sudah semakin digital, pun demikian juga Indonesiamakindigital. Digitalis Indonesia itu nyata, dibuktikan dengan jumlah pengguna internet yang terus merangkak naik. Bahkan pertumbuhan pengguna internet di indonesia menduduki posisi ke-6 di dunia.
Akses internet yang mudah didukung kemajuan teknologi komunikasi dan harga ponsel yang kompetitif menyebabkan satu orang memiliki lebih dari satu handset di republik ini. Menurut data E-marketeer.com pengguna telepon seluler telah mencapai angka 308,2 juta orang. Jumlah ini berarti melebihi jumlah penduduk yang hanya berjumlah 254,9 juta jiwa.
Di negara kita, siapapun orangnya pasti pakai gadget yang terkoneksi dengan internet. Ibarat kata nih, jangankan orang-orang kantoran, pedangan asongan, jual jamu gendong, tukang sayur, tukang rongsok, penjual tahu-tempe, kerupuk bahkan pengangguran sekalipun di sakunya pasti ada smartphone yang bisa buat main socmed. Jangankan ke kantor, lagi makan, tidur, jalan-jalan bahkan ke WC pun orang bawa benda itu.
Warnet dan game online menjamur dimana-mana. Pengunjungnya tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Laptop, modem, apapun nama alatnya yang bisa mengkeneksikan orang dengan internet dijual dengan harga yang terjangkau.
Walaupun demikian, tidak semua orang mau dan mampu memanfaatkan menjadi sebuah peluang. Kebanyakan orang justru memilih sebagai obyek teknologi digital ketimbang menjadi pemain digital. Setidaknya hal ini tergambarkan dalam data survey Puskakom UI dan APJII bahwa Socmed masih menjadi aktifitas digital favorit di Indonesia.
Sebenarnya ini merupakan peluang pasar yang dahsyat karena potensi demografi Indonesia memang tinggi. Sayang sekali saya tidak mempunyai kemampuan di bidang Tehnologi Informasi. Seandainya saja dulu sekolah di bidang ini mungkin saya sudah membuat aplikasi untuk Indonesia.
Dalam benak saya aplikasi itu “One Stop Indonesian Internet Service (OSIIS)” yang khusus hanya untuk Indonesia dimana dalam satu platform, seluruh penduduk Indonesia terkoneksi secara digital baik untuk socmed, news, messenger, cloud data system, streaming, e-commerce, banking, apapun itu yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia.
Maaf saja kalau agak aneh dan utopis, tetapi bukan karena nasionalis sempit, loh. Semata-mata hanya untuk melayani Indonesia serta menjaga dari konten-konten yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.
Selain itu saya akan menyatukan web dan portal pemerintah, departemen, lembaga-lembaga negara, kementerian dan sebagainya yang terpisah-pisah dalam satu platform canggih yang bernama “Indonesia One”. Sekiranya ketika orang-orang membutuhkan layanan data informasi, masukan, kritikan cukup dilakukan dalam satu klik. Kalau sekarang mah hampir semua lembaga punya sendiri-sendiri ini terbukti dari data pandi.id dimana hingga Juni 2016 penggunaan domian go.id mencapai 3,665 user.
Ah, sudahlah Kang Mas dan Mbak Yu, jangan dimasukan ke hati ide gila itu. Lha wong yang punya ide juga hanya rakyat jelata yang buta teknologi informasi, je. Tetapi setidaknya saya bisa seperti Kang Mas dan Mbak Yu yang lebih dulu memaknai momentum #IndonesiaMakinDigital dengan karya nyata walaupun hanya dengan pembelajaran mandiri yang tertatih-tatih. Seperti itu…
Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi siapapun demi Indonesia yang lebih baik dalam dunia yang #semakindigital ini.
………… يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)