Mengenal Cloud Kitchen, Solusi Usaha Kuliner Era Pandemik
Pandemik berimbas besar ke banyak sektor sejak dua tahun belakangan, tak terkecuali kuliner. Penggiat bisnis UMKM terus berupaya untuk bertahan meski tak sedikit yang gulung tikar. Melihat kondisi tersebut, cloud kitchen muncul sebagai salah satu solusi demi efisiensi modal dan lahan. Namun, apa itu cloud kitchen dan bagaimana konsep kerjanya?
Sederhananya, ini adalah dapur bersama dan digunakan oleh beberapa produsen dalam satu tempat. Seperti halnya dapur biasa, seluruh fasilitas memasak disediakan oleh pengguna sebagai tempat produksi makanan dan mendistribusikannya. Berbeda dengan restaurant, layanan ini hanya menyediakan pesan antar.
Mengenalkan Restaurant Tanpa Tempat Makan
Seperti yang sudah disebutkan, cloud kitchen merupakan inovasi bisnis kuliner yang tidak menyediakan tempat makan langsung. Artinya, pembeli hanya bisa membeli langsung atau memesan melalui layanan pesan antar. Jika dilihat dari aspek bisnis, konsep ini tentu sangat menguntungkan karena mampu menekan pengeluaran.
Bayangkan jika Anda harus menyewa gedung sendiri sebagai rumah usaha, alat masak hingga kebutuhan operasional lain macam air dan listrik. Ditambah, biaya sewa gedung di kota besar sangat tinggi. Jika usaha yang dijalankan belum memiliki modal besar maka tentu ini akan menyulitkan.
Cloud kitchen menjawab semua masalah tersebut dimana lokasi strategis dan kelengkapan fasilitas seluruhnya tersaji dengan harga terjangkau. Jika dilihat dari sisi penggunaan secara umum, dapur hanya dioperasikan dengan kapasitas di bawah 50 % itupun dengan seluruh fasilitas yang sudah memadai. Padahal, selaku penyewa berhak atas semua fasilitas di dalam cloud kitchen guna menunjang kualitas produksi.
Tak hanya soal efisiensi biaya, gaji tenaga kerja menjadi beban khusus bagi perusahaan sehingga pengeluaran ini bisa lebih ditekan. Sebagai penyedia, cloud kitchen menanggung segala risiko dan keamanan fasilitasnya, jadi restaurant bisa fokus hanya kepada kualitas produksi, pemasaran dan distribusi.
Model Kerja Sama Cloud Kitchen
Model transaksi cloud kitchen sebenarnya sederhana, karena menjalin kerja sama dengan berbagai merek makanan maupun minuman. Selain menyediakan dapur, jasa ini juga umum menyediakan lokasi khusus pengantaran sehingga sangat ramah terhadap pelaku usaha UMKM sekaligus mendukung perkembangannya.
Dalam satu cloud kitchen umumnya memiliki lebih dari 10 merek yang bekerjasama. Setiap perusahaan, kemudian menyajikan setidaknya satu menu untuk diproduksi secara rutin setelah melalui fase uji coba. Durasi ini tergantung pada pihak cloud kitchen sendiri berdasarkan standar operasional prosedur yang berlaku.
Peraturan Penggunaan
Dalam peraturan yang sama pula, setidaknya ada tiga poin utama sebagai indikator yang dipatuhi kedua pihak, yakni penyewa maupun pengelola. Pertama, dapur fungsional lengkap dengan area khusus memasak yang ideal termasuk ruang penyimpanan berbagai alat dan bahan makanan. Standar kedua adalah protokol kebersihan dimana setiap staf bertanggungjawab terhadap kebersihan dan penyimpanan di area dapur.
Terakhir adalah tersedianya ruang khusus bagi makanan halal dan non halal, bagian ini sangat penting jika sejumlah produk memang menyediakannya. Penempatan terakhir akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan dan minat beli konsumen secara khusus.
Seluruh alur mulai dari memasak, mengemas hingga pengiriman akan ditangani secara profesional dari restaurant itu sendiri sementara cloud kitchen akan berfungsi sebagai penyedia tempat. Hal tersebut ditujukan agar kualitas makanan maupun minuman tetap konsisten dan mempertahankan loyalitas pelanggan.