Mengingat kembali perjalanan saya mengenal dunia digital itu seperti adegan dalam film franchise Mission Impossible-nya Tom Cruise. Harusnya itu menjadi sesuatu hal yang tak mungkin sama sekali mengingat berbagai keterbatasan saya.
Mula-mula karena status saya sebagai ibu rumah tangga. Walaupun ini bukan alasan mayor, namun kesibukan ngurus anak, suami dan berbagai pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habis-habisnya menjadikan sulit bagi saya membagi waktu pada awalnya.
Selanjutnya yang menjadikan sangat impossible karena saya tidak mempunyai basik TI sama sekali. Nol besar kata orang.
Mengingat hal ini saya jadi amat menyesal. Kadang terbersit pikiran, andaikan saja dulu saya tahu kalau dunia akan bergerak ke arah digital maka sekolahnya pasti akan ambil jurusan TI (Teknologi Informasi), bukannya politik.
Ujung-ujungnya, saya jadi “iri” melihat anak-anak muda jaman sekarang.
Banyak dari mereka yang bisa menghasilkan karya-karya digital hebat apakah itu berupa software, bikin start up dan berbagai skill lainnya.
Skill yang dibutuhkan dunia di masa depan. Dunia yang akan meninggalkan apapun yang bernama konvensional dan menggantinya dengan yang digital.
Namun, terlepas dari rasa “iri” dan penyesalan itu, saya percaya bahwa dalam #digitallife tak ada yang mustahil dan tidak ada kata terlambat untuk belajar. Dan saya patut bersyukur bahwa dengan semangat itu, saya masih mempunyai kesempatan mewarnai dunia digital walaupun hanya seperti sebutir pasir dalam hamparan padang yang luas. Dengan semangat itu pula, saya mendapat pengalaman menarik yang tidak pernah saya dapatkan dibangku sekolah formal manapun yang pernah saya tempuh. Lebih seru dibanding yang saya bayangkan. #digitallife #Madepossible
Modem Jadul, Pintu Gerbang Digital Saya
Interaksi saya dengan hingar bingar-nya dunia digital dimulai pada tahun 2014. Tentu saja, bila dibandingkan dengan orang lain, mungkin saya masuk dalam kelompok yang terlambat. Maklum saja, karena di kampung saya dulu, perumahan Griya Purwa Asri Rt 19 Rw 06 Sanggrahan Purwomartani Kalasan, Sleman, Yogyakarta, saat itu tidak semua rumah mempunyai jari-ngan internet.
Untuk kebutuhan internet, setiap keluarga memperoleh dengan cara sendiri-sendiri. Kalau yang punya modem ya pakai modem, kalau yang enggak punya larinya ke warnet. Nah, warnet paling deket itu berjarak sekitar 3 km, berada diperumahan Pertamina yang lokasinya berseberangan dengan Toserba Pamela 7 purwomartani dengan sewa per jamnya adalah goceng.
Saya sendiri menggunakan modem Wireless Sierra AT&T 88. Modem yang tergolong jadul saat itu. Modem yang saya pakai itu punya suami ketika masih kerja kantoran. Jadi hanya bisa saya gunakan sepulang kerja suami dan kalau enggak “nglembur” di rumah.
Walaupun begitu, saya girang banget dan merasa beruntung. Setidaknya saya tidak perlu keluar rumah untuk mengakses internet walaupun dengan keterbatasan. Ya, tentu saja pengeluaran keluarga pun bertambah pula. Ibarat peribahasa “jer basuki mowo bea”. Biaya pulsa yang semula hanya 50 rb menjadi 100 rb per bulan.
Untung saja suami pengertian dan mendukung aktifitas baru saya itu dan mengijinkan saya menganggarkan setiap bulan. Modem jadul itu sangat monumental bagi saya dan tersimpan hingga kini karena menjadi pintu gerbang saya berinteraksi dengan dunia digital dan belajar apapun di dalamnya.
#madepossible. Bisa Bikin Blog Pertama Pengalaman Yang Luar Biasa
Memasuki dunia digital, semula saya hanya larut dalam keriuhan medsos yang penuh ha-ha hi-hi, selain cari resep masakan dan baca berita. Lama kelamaan saya merasa jenuh juga. Keinginan untuk mendapatkan manfaat ‘lebih’ dari sekedar bermain medsos, lambat laun semakin memprovokasi otakku.
“Dunia digital itu menawarkan berjuta-juta peluang dan kesempatan masa iya sih hanya sekedar untuk hal sesederhana ini.” Pikir saya.
Terpikirlah oleh saya saat itu untuk mencari tantangan baru. Sesuatu yang lebih bermakna. Tantangan pertama yang ingin saya coba adalah membuat sebuah blog personal. Inginnya saya, blog tersebut menjadi tempat curhat dan berbagi apa saja terutama tentang gaya hidup (life style), parenting dan informasi umum lainnya. Untuk itu, saya lebih banyak membelanjakan waktu dengan browsing sana-sini mengumpulkan tutorial cara membuat blog.
Namun, dasar saya yang bloon. Walaupun banyak sekali tutorial yang saya dapatkan, tetap saja saya merasa kesulitan memahaminya. Padahal hanya sekedar mengikuti saja. Tidak punya basik TI memang menyulitkan saya. Tapi saya tak mau menyerah begitu saja. Saya yakin bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan (Fa-inna ma’al ‘usri yusran). Dan benar. Hikmah dari kesulitan itu, saya justru mendapatkan banyak pengetahuan baru yang memperkaya wawasan saya.
Nah, setelah berminggu-minggu dengan susah payah dan tertatih-tatih akhirnya saya berhasil membuat blog pertama, menggunakan platform gratis blogspot, www.ceritajengyuni.blogspot.com. Ini sesuatu banget dan menjadi pengalaman luar biasa bagi saya. Ada rasa seneng dan bangga bahkan hampir nggak percaya kalau saya akhirnya bisa bikin blog sendiri, bisa update postingan dan dibaca banyak orang di seluruh dunia