Memiliki aset digital bagi usaha itu memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Saya mempunyai cerita menartik tentang hal ini.
Ketika masih menjadi orang kantoran pada sebuah perusahaan percetakan di Brebes dulu, saya pernah ditegur sama bos. Pasalnya, saat itu saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja sama dengan sebuah agency yang menerbitkan buku direktory bisnis berisi alamat dan nomor-nomor telepon.
Saya berani memutuskan hal tersebut bukannya tanpa alasan. Selain biayanya yang besar hingga puluhan juta rupiah, menurut saya cara branding seperti itu sudah tidak produktif dalam konteks kekinian.
Faktanya, jangankan membuka buku telepon yang tebalnya sampai 25 cm, lha wong billboard-billboard besar berukuran 20 x 10 meter di sepanjang jalan antara alun-alun Brebes hingga Tegal saja sudah tidak lagi mendapat atensi dari orang-orang.
Di bus, di angkot dan transportasi umum lainnya, mata orang-orang sudah lekat dengan smartphone. Entah untuk membaca berita, streaming video, media sosial, dan sebagainya. Kalau sudah begini, mereka seperti orang autis yang asik sendiri, mengabaikan pemandangan di kanan dan kirinya.