Shell Eco-marathon “Make the Future” Untuk Energi Hemat Dan Bersih Masa Depan

Shell Eco-Marathon

Shell Eco-marathon “Make The Future” regional Asia di Singapura telah usai. Event yang menampilkan beragam gagasan dan solusi inovatif untuk energi masa depan di Asia ini sukses digelar di Changi Exhibition Centre dari tanggal 8-11 Maret 2018 lalu.

Bagi Singapura, tahun ini menjadi yang kedua kalinya sebagai tempat penyelenggaraan event bergengsi kelas dunia ini, setelah tahun lalu juga turut menjadi tuan rumah Shell ECO Maraton Asia. Shell Eco-marathon Regional Asia di Singapura ini diikuti oleh 122 tim mahasiswa dari 18 negara Asia Pasifik dan Timur Tengah untuk memperebutkan gelar “paling hemat energi”. Nah, apa itu Shell Eco-marathon ?

Shell Eco-marathon adalah salah satu program kompetisi energi terkemuka yang diprakarsai oleh raksasa minyak dunia, Shell. Shell Eco-marathon pertama kali diselenggarakan pada tahun 1939 di laboratorium penelitian Shell Amerika. Awalnya hanyalah sebuah pertandingan persahabatan antar ilmuwan untuk mengetahui siapa yang mampu menempuh jarak terjauh hanya dengan segalon bahan bakar pada kendaraannya. Saat itu, pemenang lomba hanya mampu menempuh jarak 50 mpg (21 km/l).

Nah, berawal dari sejarah sederhana ini, pertandingan persahabatan tersebut akhirnya berkembang menjadi kompetisi bergengsi yang mencakup banyak jenis energi. Pesertanya pun bukan dari ilmuwan dan profesional tetapi mahasiswa dari berbagai universitas dan politeknik terbaik di seluruh dunia. Khusus untuk di tingkat regional Asia, Shell Echo-marathon dilaksanakan sejak tahun 2010 dengan Malaysia sebagai tuan rumah (2010-2013) dan Filiphina (2014-2016).

Shell Eco-marathon bukan soal kecepatan. Ini tentang gagasan bagaimana menciptakan energi dan inovasi yang hemat dan efisiensi untuk masa depan yang lebih baik. Para peserta ditantang menciptakan gagasan, merancang dan membangun mobil hemat energi serta menguji hasil rancangan mereka tersebut di lintasan agar bisa mencapai jarak terjauh dengan sedikitnya 1 liter bahan bakar saja

Shell Eco-marathon bukan kompetisi adu kecepatan semacam F1 atau MotoGP tetapi adu gagasan bagaimana menciptakan mobil futuristik yang efisien bahan bakar dengan tetap memenuhi standar keamanan. Dalam kompetisi Shell Eco-marathon ini, para peserta ditantang menciptakan gagasan, merancang dan membangun mobil hemat energi serta menguji hasil rancangan mereka tersebut di lintasan agar bisa mencapai jarak terjauh dengan sedikitnya 1 liter bahan bakar saja.

Kompetisi ini dibagi ke dalam dua kelas atau kategori utama yakni Prototyp dan Urban Concept. Selanjutnya, kedua kategori utama kompetisi di atas juga dibagi dalam 2 (dua) kategori lagi berdasarkan bahan bakar atau energi yang dipergunakan yakni BAHAN BAKAR CAIR & GAS dan MOBIL LISTRIK.

Masuk dalam rangkaian kompetisi di ajang Shell Eco-marathon tahun ini di Singapura adalah Driver’s World Championship Asia yang merupakan bagian dari program Make the Future Shell. Kompetisi Driver’s World Championship ini bukan hal baru karena sebenarnya telah diperkenalkan dalam ajang yang sama pada tahun 2016.  Driver’s World Championship Asia ini menantang tim-tim UrbanConcept terbaik dari masing-masing negara peserta yang memadukan unsur efisiensi energi kendaraan dengan kecepatan dan keahlian pengemudi. Pemenang dalam ajang balap ini ditentukan bagi siapa yang tercepat dalam mencapai garis finis dengan menggunakan bahan bakar paling sedikit (hemat energi).

Bangga! Tim Indonesia Juara dan Berhasil Sapu Bersih Penghargaan. Merah Putih Pun Berkibar-Kibar di Changi, Singapura. Tahun ini, Indonesia mengirimkan 26 tim yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa lintas perguruan tinggi di Indonesia. Mereka bertanding memperebutkan tempat bergengsi dengan peserta dari berbagai negara di Asia.

Tak sia-sia. Perjuangan tim Indonesia selama 4 (empat) hari di Changi Singapura menorehkan hasil yang gemilang. Untuk UrbanConcept kategori Internal Combustion Engine (Mesin Pembakaran Dalam), tim Indonesia sangat mendominasi sebagai penerima Penghargaan Terbanyak yakni lima dari tujuh penghargaan. Kelima tim Indonesia peraih penghargaan itu adalah :

  • Juara 1 – ITS Team 2
    Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
  • Juara 2 – Team Semar Urban UGM Indonesia
    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
  • Juara 3 – Garuda UNY Eco Team
    Universitas Negeri Yogyakarta
  • Juara 4 – Team Sadewa
    Universitas Indonesia
  • Juara 5 – Bengawan Team 2
    Universitas Sebelas Maret Surakarta Indonesia

Pencapaian jarak dari kelima pemenang UrbanConcept kategori Internal Combustion Engine tim Indonesia adalah ITS Team2 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dengan 315 km/liter, Semar Urban UGM Indonesia (Universitas Gadjah Mada) dengan 267 km/liter, Garuda UNY Eco team (Universitas Negeri Yogyakarta) dengan 215 km/liter, Sadewa (Universitas Indonesia) 205 km/liter, Bengawan Team 2 (Universitas Sebelas Maret) dengan 170 km/liter.

Masih di UrbanConcept, untuk kategori Battery Electric walaupun posisi pertama jatuh pada Tim LH – EST Lac Hong University Vietnam, namun tim Indonesia pun berjaya dengan menempatkan 4 wakilnya sebagai juara yakni :

  • Juara 2 – Nogogeni ITS Team 1
    Institut Teknik Surabaya
  • Juara 3 – Bumi Siliwangi Team 4
    Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
  • Juara 4 – Apatte 62 Team
    Universitas Brawijaya Malang
  • Juara 6 – Nakoela
    Universitas Indonesia

Sedangkan pada kompetisi mobil PROTOTYPE Indonesia menempatkan 2 (dua) wakilnya di kategori Battery Electric pada posisi 4 dan 5 yakni Semar Proto UGM Indonesia dengan pencapaian 269,7 km/kWh dan Batavia Generation Team dari UNiversitas Negeri Jakarta dengan pencapaian 256 km/kWh.

Posisi pertama pada kategori ini disabet HuaQi-EV, Guangzhou College of South China University of Technology dengan pencapaian 511.0 km/kWh. Rekor jarak tempuh terbaik adalah 2.341,1 km/l disabet oleh Panjavidhya1 dari Panjavidya Technological College (Thailand). Hasil ini memecahkan rekor sebelumnya dengan jarak angka 2.288,9 km/l. Semakin Bangga dan terharu, Indonesia Raih Gelar DRIVERS’ WORLD CHAMPIONSHIP REGIONAL ASIA 2018 ( All Indonesian Team )

Rangkaian kompetisi Sell Eco-marathone Make The Future Asia di Singapura ditutup dengan penobatan gelar pengemudi tercepat dan hemat energi di Asia. Drivers’ World Championship merupakan bagian dari Make the Future yang memilih pengemudi terhandal dan dapat mengemudikan kendaraan dengan cepat namun hemat energi.

Lomba DWC Regional Asia diikuti tujuh tim yakni LH Est dari Lac Hong University Vietnam, NTU Singapore 3D Printed Car (Nanyang Technological University Singapura) dan lima tim dari Indonesia yakni Tim Semar Urban UGM Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Tim ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Tim Garuda UNY Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta, Nogogeni ITS Team 1 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) dan Tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia.

Ketujuh tim yang mengikuti DWC Regional Asia ini berusaha menampilkan pencapaian terbaik.  Setelah berjuang menyelesaikan sembilan putaran dalam cuaca panas di Changi Exhibition Center Singapura, akhirnya terjadi “all Indonesian Team”. Tim Indonesia berhasil menyapu bersih di kompetisi ini dengan menempatkan 5 tim sekaligus di posisi teratas.

Tim Semar Urban UGM Indonesia yang mengendarai mobil Semar Urban 3.0 dengan driver Tito Setyadi Wiguna berhasil mencapai finish pertama dengan jumlah bahan bakar yang tersisa 0,9%. Posisi kedua ditempati ITS Team 2 dengan pengemudi Muhammad Hafiz Habibi dan posisi ketiga diraih Garuda UNY Eco Team dengan Fauzi Achmad Prapsita sebagai pengemudi.

Dengan diperolehnya predikat ini, ketiga tim tersebut akan tampil di final pada kompetisi yang sama melawan tim-tim dari Amerika dan Eropa di London Juli mendatang dan berkesempatan mengunjungi markas Scuderia Ferrari di Maranello Italia.

Perngahrgaan lain yang diperoleh oleh tim Indonesia juga diberikan kepada tim Garuda UNY ECO TEAM yang mendapat penghargaan Off-track untuk kategori Safety (keselamatan) untuk desain kendaraan UrbanConcept. Kemenangan tim Indonesia yang telah mengharumkam nama bangsa dan negara dikancah internasional ini disambut gembira oleh masyarakat Indonesia.

Ucapan selamat sebagai rasa bangga pun mengalir tak terkecuali dari Bapak Darwin Silalahi yang menjabat sebagai Country Chairman dan President Director PT Shell Indonesia yang secara khusus mengapresiasi kemenangan tim Indonesia.

Selamat kepada tiga tim Indonesia yang berhasil menjadikan All Indonesian Team sebagai juara di DWC Asia. Kita semua bangga dengan pencapaian luar biasa ini. Bukti nyata dan inspiratif bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif tidak hanya di tingkat regional, tapi juga di tingkat global.

Sumber daya manusia yang resilient, inovatif, dan mampu berkompetisi di ajang global menjadi modal untuk menjadi pemenang di era revolusi industri 4.0.

Shell Eco-marathon dan Strategy Shell Untuk Energi Masa Depan

Satu hal yang saya garisbawahi dari event internasional Shell Eco-Marathon ini adalah kenyakinan saya bahwa ada korelasi yang tidak terpisahkan antara inovasi dan energi di masa mendatang. Dalam beberapa dekade mendatang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, akan lebih banyak orang lagi yang ingin mendapatkan akses energi dan menikmati standar hidup yang lebih tinggi.

Pada saat yang bersamaan, kehidupan juga terancam oleh perubahan iklim yang ekstrem karena pemanasan global (Global Warmin). Pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia diperkirakan meningkat hingga 9 miliar jiwa – yakni hampir 2 miliar lebih banyak dibandingkan jumlah kita saat ini. Pada tahun itu pula, orang semakin berbagai peralatan elektronik. Artinya, akan banyak energi lagi yang dibutuhkan dibanding saat ini.

Pertanyaanya adalah “HOW MUCH ENERGY WILL THE WORLD USE IN THE FUTURE,
AND WHAT FORMS WILL IT TAKE ?”

Sebagai salah satu penyedia energi global, Shell memahami hal ini dan bersiap menghadapi tantangan masa depan untuk ketersediaan energi hemat, bersih dan rendah karbon. Shell berupaya meraba masa depan dengan menggambarkan seperti apa energi masa depan yang masuk akal.

Oleh sebab itu, Shell terus berinovasi mencari sumber-sumber energi terbarukan yang lebih bersih seperti energi angin yang dapat menyediakan hingga 40% energi secara global pada tahun 2060, dan matahari menjadi sumber energi utama terbesar dunia satu dekade kemudian.

Apa yang Shell lakukan ?

Shell sudah lama menyadari tantangan iklim dan peran energi dalam mewujudkan kualitas hidup yang layak oleh sebab itu Shell mendorong bisnis rendah karbon sebagai pilihan bagi konsumen. Dalam kaitannya dengan hal ini, Shell mendukung pembentukan mekanisme “penetapan harga” karbon untuk menghasilkan biaya yang rasional untuk emisi CO2.

Ini diperlukan untuk menciptakan transisi menuju opsi bahan bakar dan energi rendah karbon.
Tumpahan oli atau produk dapat merusak lingkungan serta membahayakan kehidupan. Untuk menghindari tumpahan dan kebocoran bahan berbahaya, shell berusaha keras memastikan bahwa fasilitas produksi dirancang dengan baik, beroperasi dengan aman, dan diperiksa serta dipelihara dengan tepat.

Shell menyadasi bahwa memproduksi dan menggunakan bahan bakar fosil dapat memengaruhi kualitas udara oleh sebab itu shell mengembangkan bahan bakar transportasi yang lebih efisien bagi dunia dan berfokus meningkatkan efisiensi bahan bakar bagi pengguna kendaraan bermotor, membatasi emisi nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan senyawa organik volatil.

Shell mengelola penggunaan air dan menerapkan pendekatan dengan teknologi baru untuk mengurangi penggunaan air bersih dengan menggunakan alternatif air bersih termasuk air daur ulang, air limbah yang diproses, dan air desalinasi.

Shell menerapkan standar yang ketat untuk membantu mengurangi dampak apa pun yang mungkin timbul karena ekplorasi energi terhadap habitat dan keanekaragaman hayati. Oleh sebab itu, Shell bekerja sama dengan beberapa organisasi konservasi, yang mencakup Earthwatch, Serikat Internasional untuk Konservasi Alam, The Nature Conservancy, dan Wetlands International. Proyek kemitraan ini untuk memulihkan keanekaragaman hayati dan ekosistem terdampak eksporasi energi.

Sejak tahun 2005, Shell juga secara serius dan berkelanjutan mengembangkan sebuah strategi (skenario) energi dunia yakni SHELL WORLD ENERGY MODEL (WEM)WEM adalah model skenario energi jangka panjang Shell dari transformasi sistem energi dunia yang dihitung secara rinci dari setiap entitas negara di dunia secara holistik.

WEM berkerja atas dasar 7 (tujuh) indikasi kunci yang mempengaruhi sistem energi global dan bekerja pada 3 (tiga) komponen utama yakni kebutuhan energi (energy demand), pilihan energi (energy choice), dan ketersediaan energi (energy supply).  Dengan WEM ini, Shell ingin menciptakan masa depan (Make The Future) yang lebih baik tentang kebutuhan energi dunia dan bentuk-bentuk aplikatif energi bersih apa saja yang dibutuhkan dunia.

Shell tidak sendiri. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan energi bersih Shell terus mengajak dan menginspirasi generasi muda dunia agar terus berinovasi, memanfaatkan energi secara bijak dan berkelanjutan (renewable energy). Bagi Shell, keberkelanjutan  berarti menyediakan energi yang penting bagi penduduk yang jumlahnya terus bertambah, dengan tetap menghormati manusia, keselamatan, dan lingkungan mereka.

Selain itu, dengan menggunakan teknologi Shell mengajak untuk menemukan lebih banyak energi, membuka lebih banyak energi dan memaksimalkan sumber daya secara bijak, Kompetisi Shell Eco-marathon salah satu contohnya.

…and the last time

Sebagai wujud rasa bangga pada anak bangsa yang telah berjuang mengharumkan bangsa dan negara, saya mengucapkan selamat dan berlaksana terima kasih kepada semua tim Indonesia dalam Shell Eco-marathon 2018.  Semoga prestasi ini menjadi tradisi di waktu-waktu mendatang dan untuk Shell Indonesia, semoga tetap menginspirasi dunia. Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat untuk Indonesia yang lebih baik.