“Per Aspera Ad Astra, Berjuang dan menembus segala tantangan untuk mencapai bintang”
Sebagian besar orang mengenal Astra mungkin hanya pada produk dan layanan tertentu saja. Umumnya adalah otomotif dan layanan yang terkait dengan itu. Kalau anda tidak percaya, coba tanya orang di sekeliling dengan pertanyaan yang sama, bisa jadi 9 dari 10 orang akan spontan menjawab dengan merek mobil Toyota, Daihatsu, sepeda motor Honda atau lembaga pembiayaan yang bernama FIF (Federal International Finance).
Jawaban itu sama sekali tidak salah karena sejak tahun 1969 Astra memang telah menjadi distributor kendaraan bermotor Toyota. Setahun kemudian Astra juga dipercaya menjadi distributor sepeda motor Honda yang berjaya hingga saat ini. Daihatsu sendiri masuk menjadi keluarga Astra pada tahun 1973 sedangkan FIF di kenal luas oleh masyarakat sejak tahun 1990-an. Jadi sangat wajar bila masyarakat mengidentikkan Astra dengan produk dan layanan tersebut karena mamang itu sangat merakyat, bahkan hingga saat ini. Tetapi yang pasti know how Astra tidak hanya sekedar tetang hal-hal itu saja.
Astra itu sebuah holding company dengan banyak produk dan layanan. Di usai ke 60 tahun ini, Astra mengendalikan 198 anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosiasi terbesar di Indonesia. Net profitnya saja mencapai 19 Triliun di tahun 2015. Angka ini memposisikan Astra sebagai yang terbesar ke-3 dan hanya bisa di lampaui oleh Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam hal perolehan profit tahunan.
Astra juga tidak melulu profit oriented. Kediriannya juga turut serta membangun negeri terutama bidang ekonomi dalam arti yang luas, menjadi bagian dari pertumbuhan GDP dan GNP dan menciptakan lapangan kerja. Dilain sisi Astra juga melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan berpartisipasi aktif menjaga kelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat melalui program-program CSR-nya.
Pertanyaannya adalah apa yang menjadikan Astra kokoh dan kuat di mana banyak perusahaan mulai terseok-seok bahkan tenggelam dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin berdarah-darah? Nah, tulisan singkat ini mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut sekaligus menjadi tambahan pengetahuan kita tentang Astra. Agar mudah dipahami, saya merangkumnya dalam bentuk infografis sederhana dengan data pendukung lainnya di samping ulasan-ulasan singkat.
MILESTONE ASTRA
Secara historis, Astra yang berdiri pada tahun 1957 mengawali kegiatan bisnisnya dalam bidang perdagangan umum. Nama awalnya adalah PT Astra International Incorporated sebelum perseroan mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk pada tahun 1990. Pada bulan April tahun yang sama, Astra mulai melantai di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan menerbitkan 30 juta lembar saham.
Di bawah ini adalah milestones Astra sejak tahun 1957 hingga tahun 2015. Agar lebih mudah mengikuti perjalanan perkembangannya, saya telah membaginya menjadi 3 (tiga) kelompok tahun yakni tahun 1957 – 1990, 1991 – 2010 dan 2011 – 2015. Kita bisa menemukan momen-momen penting sambung menyambung dalam rangkaian milestone ini. Beberapa di antaranya saya bedakan dengan warna merah, paling tidak itu yang menarik perhatian saya.
Astra siap memanfaatkan berbagai peluang bisnis untuk meningkatkan investasi dan semakin memperluas diversifikasi usaha yang sinergis. – Astra stands ready to capitalize on business opportunities in order to increase investment and expand diversification based on business synergy.
Diversifikasi Usaha yang Sinergis. Do you see it ? Itu adalah kata kunci dalam memahami core bisnis Astra selain motto “Per Aspera Ad Astra”, Berjuang dan menembus segala tantangan untuk mencapai bintang. Sebut saja kalimat-kalimat di atas sebagai kekuatan moralitas value perusahaan.
Kedirian Astra Internasional disokong oleh 6 Core Bisnis yakni Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Infrastruktur-Logistik dan Bidang terkait lainya, Teknologi Informasi dan Agribisnis. Masing-masing bisnis digerakkan oleh anak perusahaan, ventur bersama maupun entitas asosiasi. Untuk mudahnya silahkan simak infografis dibawah ini.
Dalam bisnis otomotif nasional, Astra mengendalikan sejumlah pabrik manufaktur dan jalur distribusi di banyak produk dan layanan seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Truck, Peugeot dan BMW, Kendaraan roda dua Honda, komponen otomotif dan produk jasa lainnya dengan total jaringan sebanyak 2.458 buah yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Dari sisi produk roda empat yang sangat merakyat adalah Toyota, Daihatsu dan Isuzu. Hal ini disebabkan karena secara harga memang mampu dijangkau oleh semua kalangan ekonomi. Beberapa produk malah mempunyai sebutan sebagai “produk sejuta umat”, sebut saja Avanza, Xenia dan sekarang semakin meriah dengan du0 LCGC Agya dan Ayla.
Di dunia otomotif kita mengenal Toyota Astra Motor (TAM). Perusahaan ini dikendalikan bersama antara perseroan Astra Internasional dengan Toyota Motor Corporation (TMC) dengan kepemilikan saham adalah 51% dan 49%. TAM sendiri merupakan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) untuk Toyota dan Lexus.
Didukung 271 sales outlet dan 261 service outlet di seluruh Indonesia, TAM adalah mampu mempertahankan reputasinya sebagai “Market Leader” di tengah lesunya gairah pasar otomotis tanah air pada tahun 2015 lalu dengan penguasaan share secara nasional sebesar 31,8% termasuk lexus. Perolehan ini menunjukan bahwa apresiasi masyarakat terhadap produk mobil Toyota sangat tinggi.
Sepanjang tahun 2015 lalu, Low MPV Avanza sukses memimpin pasar dengan share sebesar 40% disusul kelas Medium MPV, Innova menguasai 13% pangsa pasar. Peluang peminat LCGC (Low Cost Green Car) juga tidak dilewatkan oleh group Astra. Agya tumbuh 1% dibanding dengan tahun 2014 dengan kontribusi 18%. Dari penguasaan pasar 31,1% TAM, produk Hatchback Yaris memberikan kontribusi 39,1% disusul Etios 16,5%.
Kelas Sedan juga antusias memberikan sumbangan kontribusi yang tidak sedikit. Penjualan Ritel TAM menguasai 51,1% pangsa pasar nasional. Angka ini diperoleh dari kelas entry Vios yang menyumbang share 44,5%. Limo bahkan mampu menguasai share nyaris sempurna yakni 97,7% sedangkan Altis 58,7%. Untuk kelas medium, 58% share masih dikuasasi Camry. Fortuner dan Rush juga tidak mau ketinggalan memberikan kontribusi positif di kelas SUV dengan penguasaan pasar 29,4%.
Produk-produk Daihatsu di bawah bendera Astra Daihatsu Motor (ADM) yang merupakan entitas asosiasi antara Astra International, Daihatsu Motor Company Ltd. dan Toyota Tsuho Corporation, sebagai Agen Pemegang Merek Daihatsu di Indonesia juga andil dalam memberikan kebanggaan dan profit yang besar kepada korporasi .
Strategi 5 (lima) pilar yang diterapkan Daihatsu yakni produk yang sesuai pasar (market-in product), outlet yang mudah diakses, layanan kelas dunia dan kesempurnaan proses, SDM yang handal dan brand value yang kuat mampu mengantar pertumbuhan market share dari 15,3% di tahun 2014 menjadi 16,6% sekaligus mempertahankan posisi sebagai terbaik kedua dalam industri otomotif roda empat di tanah air. Produk-produk seperti Xenia, Terios, Gran Max, Luxio dan Ayla menjadi buruan konsumen mobil di tanah air.
Saya dan keluarga juga sangat tertarik dengan duo LCGC Ayla dan Agya yang memiliki tingkat kandungan lokal di atas 90% bahkan berhasil diekspor ke negara tetangga dalam jumlah yang konsisten. Kini di Jogja semakin banyak pemakai kedua produk ini bahkan sudah banyak bersliweran di jalan-jalan kampung.
Suksesnya mobil juga diikuti anak perusahaan yang memproduksi sepada motor, Astra Honda Motor (AHM). AHM merupakan ventura bersama yang didirikan oleh Perseroan (50%) dan Honda Motor Company Ltd. (50%) memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan sepeda motor Honda di Indonesia dan pasar global.
Dengan dukungan 29 main dealer, 1.817 outlet, lebih dari 3.754 bengkel AHASS dan lebih dari 7.770 gerai suku cadang, Honda menutup penjualan tahun 2015 dengan sempurna.Walaupun tahun 2015 tercatat sebagai masa-masa sulit industri otomotif di tanah air akan tetapi Honda mampu menciptakan anomali karena berhasil mempertahankan posisi sebagai “Pemimpin Pasar” dengan share 68,7%, jauh meninggalkan para pesaingnya.
Hampir semua segmen mencatat penjualan yang baik. Honda BeAt eSP series dan teman-temannya menyumbang 40% penjualan type matic secara nasional. Di type bebek, Honda Supra series dan teman-temannya masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia dengan share 52% secara nasional. Terakhir untuk type sports, All New CBR dan Verza juga semakin diburu penggemar anak-anak muda. Ini dibuktikan dengan penguasaan share sebesar 34,6%. Sampai September 2016, menurut data AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), Honda masih memimpin pasar dengan share 76,14%.
Core Bisnis Astra yang kedua adalah Jasa Keuangan (Finance Service). Bisnis Jasa Keuangan memberikan profit 25% dari total profit korporasi terutama berasal dari bisnis pembiayaan kredit kendaraan roda empat dan roda dua. Total pendapatan bersih mencapai Rp 17,1 triliun, naik dari Rp 15,5 triliun di tahun 2014, sedangkan total laba bersih turun sebesar 25% dari Rp 4,8 triliun menjadi Rp 3,6 triliun. Masuk dalam bisnis jasa keuangan Astra International meliputi mobil dan sepeda Motor, Asuranpembiayaansi Umum dan Asuransi Jiwa, Pembiayaan alat berat dan perbankan yakni Bank Permata.
Selanjutnya core bisnis ketiga yang juga konsisten menyokong kedirian Astra adalah alat berat dan pertambangan. Kontribusi pendapatan dari bisnis ini terhadap pendapatan konsolidasian Astra terjaga konsisten walaupun harga batu bara terus terkoreksi (hingga lebih dari 40%) sejak tahun 2012. Bisnis alat berat dan pertambangan yang dikelola oleh PT United Tractors Tbk (UT) meraih pendapatan bersih senilai Rp 49,2 triliun atau sebesar 27% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra selama tahun 2015.
Keempat adalah bisnis agribisnis. Melalui 29 pabrik PT Astra Agro Lestari yang berkemampuan mengolah tandan buah segar per jam. Sepanjang tahun 2015 berhasil mengolah hasil 1.435 ton buah Rp dan menyumbang profit 13,1 triliun atau sebesar 7% dari pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra.
Infrastruktur, Logistik dan lain-lain menjadi core bisnis Astra kelima. Dalam bisnis ini Astra Internasional memberdayakan anak perusahan yang bergerak dalam bidang infrastruktur umum, pengolahan air bersih, Jalan Toll, Property, Pelabuhan laut dan Logistik. Pada tahun 2015, pendapatan bersih yang dihasilkan oleh bisnis infrastruktur, logistik dan lainnya berhasil menyumbang profit besih kepada konsolidasian sebesar Rp 6,9 triliun. Angka ini berarti menyumbang kontribusi 4% terhadap pendapatan group Astra.
Keenam adalah bisnis di bidang teknologi informasi. Core bisnis Astra ini dijalankan oleh PT Astra Graphia Tbk (Astragraphia) beserta dua anak perusahaannya, yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) dan PT Astragraphia Xprins Indonesia (AXI). Astra memegang kepemilikan saham Astragraphia sebesar 76,9%. Nilai kapitalisasi saham Astragraphia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2015 adalah sebesar Rp 2,4 triliun.
Pada tahun 2015, Astragraphia berhasil meraih total pendapatan sebesar Rp 2,7 triliun, naik sekitar 16% dari Rp 2,3 triliun pada tahun 2014, sedangkan laba bersih tetap bertumbuh 2%, dari Rp 260 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 265 miliar.
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA ASTRA
Perjalanan 60 tahun Astra telah banyak mendapatkan apresiasi dan memperoleh banyak penghargaan. Di tahun 2016 ini paling tidak 5 (lima) penghargaan telah diraihnya yakni sebagai Best Company di Indonesia (Finance Magazine Asia), Social Business Innovation Award dari Warta Ekonomi Indonesia untuk kategori Holding Company Automotive dengan program pemberdayaan pendidikan untuk Indonesia, IDX Top Ten Best Blue (Bursa Efek Indonesia), 10 emiten terbaik pilihan AAEI (Asosiasi Analis Efek Indonesia) dan Most Valuable Indonesian Brands Ranking ke-18. Setidaknya dengan perhargaan ini menunjukkan bahwa Astra Internasional menjadi salah satu perusahaan terbaik di Indonesia bahkan di level global.
Kunci keberhasilan Astra ini terletak pada komitmen bersama dalam mencapai tujuan perusahaan yakni ‘Sejahtera Bersama Bangsa’ yang dilandasi visi dan misi serta filosofi ‘Catur Dharma’. Selain itu keberhasilan Astra juga disebabkan karena sistem manajemen pengelolaan sumber daya manusia (SDM) luar biasa hebat dan berkelanjutan dengan memperhatikan setiap detailnya.
DEMOGRAFI
Hingga tahun 2015, jumlah SDM yang dimiliki group Astra berjumlah 221.046 orang dengan prosentase karyawan pria adalah 86.50% sedangkan wanita 13.50%. Bila dilihat dari komposisi usia, 41,38% SDM Astra adalah usia 26-35 tahun, 30% berusia 18-25 tahun, 20.57% usia 36-45 tahun, 7.31% usia 46-55 tahun dan usia diatas 55 tahun hanya 0.38%.
Yang menarik adalah bila dilihat dari komposisi pendidikan. Group Astra memiliki karyawan dari semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga S3. Walaupun demikian, karyawan dengan pendidikan SMA atau sederajat menempati porsi lebih dari separuh dari total karyawan keseluruhan yakni 52%. Selanjutnya berturut-turut adalah SD dan SMP 25% , S1 (Strata 1) 15%, Diploma 8%, S2 dan S3 sebesar 0.5%. Bila dilihat dari status, karyawan Astra dengan status tetap berjumlah 75%, tidak tetap 26,4% dan ekpatriat 0.20%.
Astra senantiasa mengedepankan peran dan pengembangan SDM sebagai salah satu prioritas utama dalam strategi bisnis.- Astra constantly emphasizes the important role of human capital and its development as part of the key priorities in business strategy.
STRATEGY PENGEMBANGAN
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM di Astra menjadi issue prioritas. Astra menyadari bahwa sumber daya manusia (SDM) merupakan aset paling penting serta faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya perusahaan dalam merealisasikan sasaran operasional bisnis dan rencana pengembangan usaha. Selain itu, sebaik apapun produk yang dibuat, tanpa dukungan SDM yang handal tidak akan menjadikan perusahaan kuat, kokoh serta berumur panjang.
Strategi yang handal tidak muncul dengan sendirinya tanpa diolah dan diberdayakan. Oleh sebab itu Astra merumuskan strategi pengebangan sumber daya manusia yang berkesinambungan dalam kerangkan implementasi people roadmap menuju Pride of The Nation 2020. Tematik strategi pemberdayaan SDM Astra yakni Building Up To The Next Level.
Perumusan strategi pengembangan SDM, program pendukung dan eksekusi strategis di tingkas bisnis Astra dirumuskan oleh Corporate Human Capital Development (CHCD) yang beranggotakan perwakilan dari seluruh bisnis unit.
Dalam hal strategi kepemimpinan dan pengelolaan bisnis, tim CHCD ini mempunyai tanggung jawab memastikan pelaksanaan sistem kaderisasi dan alih-kepemimpinan yang efektif untuk menjaga kelanggengan bisnis Astra dengan membentuk SDM yang unggul melalui 3 pola strategi yakni EDUCATION, ENRICHMENT dan EMPOWERMENT.
Implementasi dari strategi ini, CHCD melakukan beberapa inisiatif baru serta pembaharuan terhadap perangkat dan program korporasi yang fundamental dan mendasar diantaranya adalah Pembaharuan terhadap panduan manajemen ke-HRDan Astra (Astra Human Capital Management (AHCM) guideline) yang memuat prinsip-prinsip dasar serta praktik ke-HRD-an yang mengakomodasi implementasi dari Astra People Roadmap serta perkembangan baru di bidang ke-HRD-an.
Selain itu, CHCD juga melakukan pembaharuan atas delapan kompetensi kepemimpinan Astra (Astra Leadership Competencies) dengan melakukan peninjauan atas poin-poin perilaku-perilaku inti (key behaviours) sehingga profil pimpinan (leader) yang dihasilkan lebih (leader) yang dihasilkan lebih akurat untuk membantu perumusan pola pengembangan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
CHCD juga mengembangkan program keterlekatan karyawan (Employee Engagement Program) beserta panduan bagi perusahaan yang diharapkan akan memperdalam keterikatan karyawan dengan perusahaan masing-masing sehingga karyawan memiliki loyalitas dan motivasi kerja yang optimal.
Melengkapi implementasi strategi CHCD adalah peluncuran buku panduan “InnovAstra to the next level” sebagai pedoman bagi proses inovasi dalam lingkup bisnis perusahaan, serta ekspansi atas cakupan sasaran proses inovasi, yang sekaligus membuktikan langkah intensifikasi pada gerakan inovasi di lingkungan perusahaan.
PENGELOLAAN & PENGEMBANGAN
Program pengelolaan dan pengembangan SDM dilakukan secara komprehensif oleh Astra melalui Corporate Human Capital Development (CHCD). Ini merupakan manifestasi langsung strategi pengembangan SDM dengan tematik Building Up TO The Next Level. Sebagai manifestrasi, setidaknya ada beberapa program yang dilaksanakan mulai dari proses rekrutmen, pelatihan dan pengembangan kompetensi, program persiapan kepemimpinan, penilaian kinerja, assigment karyawan dan program keterlekatan karyawan.
Pola pengelolaan SDM Astra dimulai sejak rekutmen. Bedasarkan budaya perusahaan, proses rekrutmen karyawan diterapkan melalui sistem desentralisasi, di mana masing-masing perusahaan Astra memiliki keleluasaan untuk memenuhi kebutuhan karyawan baik secara internal dari kalangan karyawan Astra maupun secara eksternal.
Selain rekrutmen yang dilakukan secara rutin, Astra juga melakukan rekrutmen khusus untuk calon-calon pimpinan masa depan, termasuk calon-calon karyawan yang akan disertakan dalam program-program penyiapan dan pengembangan khusus, seperti Astra General Management Trainee (AGP Trainee) untuk program generalist; Human Capital Trainee (HC Trainee), Legal Trainee, Internal Audit Trainee, Corporate Communication Trainee dan program-program fungsional lainnya.
Walaupun setiap masing-masing perusahaan di lingkungan Astra mempunyai hak melakukan rekrutmen, akan tetapi proses rekutmen tetap menggunakan standar korporasi dengan kriteria 2C yakni yakni Competence (Kompetensi), yang ditetapkan dalam Astra Leadership Competencies (ALC) dan Character (karakter/perilaku), yang sejalan dengan nilai-nilai Catur Dharma.
Astra memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM melalui pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan yang berkesinambungan yang pelaksanaannya dikelola bersama antara holding (kantor pusat) dengan anak perusahaan walaupun pada teknisnya bisa dilakukan bersama-sama. Program-program pengembangan kompetensi yang dilaksanakan meliputi,
Astra Leadership Development Programs (oleh AMDI) -Menyelenggarakan program peningkatan kompetensi mulai dari Astra Basic Management Program (ABMP), Astra First-line Management Program (AFMP), Astra Middle Management Program (AMMP), Astra Senior Management Program (AsrMP), Astra General Management Program (AGMP), Astra Executive Program (AEP) dan Astra Advanced Executive Program (AAEP).
Integrated Talent Development (ITD) – Sebuah pola pengembangan SDM yang terintegrasi bagi karyawan Astra khususnya para talent dengan mengkombinasikan unsur pelatihan (training), coaching/mentoring dan job assignment/rotasi.
Expert Management & Development – Pengembangan SDM Astra untuk para Specialist yang dikembangkan pada area-area tertentu yang telah disepakati bersama.
Industrial Relations Development Program – Sebuah program pengembangan SDM dalam bidang hubungan industrial yang terintegrasi dan komprehensif. Program-program tersebut antara lain IR Talent Development Program, IR Clinic, IR Strategy Enhancement dan IR Certification.
Industrial Relations Update – Sebuah mekanisme yang terstruktur untuk memberikan update kondisi ketenagakerjaan terkini. Forum-forum yang dipergunakan antara lain IR Executive forum, IR Society forum dan IR branch forum.
Di dalam pengembangan dan pengelolaan SDM, Astra juga menaruh perhatian besar pada kepemimpinan setiap entitas SDM yang dimilikinya. Kepemimpinan diyakini sebagai bekal utama untuk menjamin keselarasan visi serta keberlangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Kepemimpinan di Astra melalui proses persiapan yang terstruktur. Ini merupakan tugas CHCD untuk merancang proses seleksi yang dimulai dari pemetaan para kandidat di setiap lini.
Setelah proses pemetaan (seleksi) maka sebagai kelanjutannya adalah proses pengembangan yang terintegrasi mulai dari pelatihan, mentoring/coaching sampai pada penugasan (assignment) dan rotasi. Program ini akan dimonitoring terus menurus sebagai bahan evaluasi.
Selain itu, untuk menjaga produktifitas SDM, Astra secara konsisten juga melakukan evaluasi kinerja SDM. Pola umum yang dipergunakan adalah menggunakan tool Key Performance Indicators (KPI) yang dilakukan secara obyektif dan berkala. Tool ini merupakan hasil kesepakatan awal tahun antara perusahaan dan karyawan.
Beberapa aspek yang menjadi parameter penilaian kineja adalah target personal bersifat kuantitatif dengan memperhatikan konsep Plan-Do-Check-Action (PDCA). Khusus untuk pimpinan yang telah memiliki staf, proses penilaian juga melihat kemampuan untuk mengelola timnya (man-management). Proses penilaian dilakukan secara obyektif dan berkala.
Dalam upaya memberikan pernghargaan kepada SDM yang berprestasi, Astra juga membuka peluang lebar-labar jengjang karir bagi karyawan yang biasanya dilakukan dua kali yakni awal dan pertengahan tahun. Lain daripada itu, Astra juga berupaya mendorong karyawan di seluruh jajaran untuk dapat bekerja dengan sepenuh hati, dengan menciptakan kondisi lingkungan kerja yang dapat memotivasi karyawan untuk senantiasa mengeluarkan kompetensi tertingginya untuk mendukung pencapaian sasaran kinerja, baik dalam lingkup personal, tim maupun perusahaan tempat mereka bertugas.
Apa yang dilakukan Astra adalah memberi kesempatan kepada karyawan dari semua jenjang jabatan untuk penyaluran bakat dan minat individu melaluiragam aktivitas seperti Pekan Olah Raga & Seni (PORSE) Astra, Astra Mencari Bakat, Partnership Expedition dan acara-acara lain yang melibatkan seluruh karyawan.
Setidaknya sistem manajemen pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia inilah salah satu faktor yang mengantarkan Astra semakin kuat dan kokoh diusia ke-60 tahun disamping kualitas produk dan layanan prima kepada semua pelanggan.
KESIMPULAN
- Dalam usia yang ke 60 tahun, Astra Internasional tumbuh semakin kokoh sebagai salah satu holding company terbaik di Indonesia;
- Produk dan layanan Astra mendapat apresiasi positif dari masyarakat dan beberapa diantaranya menjadi “Market Leader” seperti bisnis otomotif roda empat Totoya dan sepeda motor Honda;
- Keberhasilan Astra adalah manifestasi dari semangat seluruh keluarga besar Astra dalam mencapai tujuan perusahaan yang dilandasi visi, misi dan filosofi Catur Dharma;
- Keberhasilan Astra juga disebabkan karena mempunyai sistem manajemen pengelolaan sumber daya manusia yang berkelanjutan dalam kerangka tematik Bulding up To The Next;