Cari Kelas Online Terbaik 2022, Coba HariSenin.com!

Hingga saat ini masih ada paradigma bahwa sukses hanya akan diraih ketika seseorang mengenyam pendidikan tinggi atau kuliah. Itulah kenapa banyak orang lantas berjuang mati-matian agar bisa mengkuliahkan anaknya di berbagai perguruan tinggi favorit meskipun harus menjual sawah, ladang dan harta benda yang dimiliki bahkan sampai hutang sana-sini.

Paradigma itu tidak sepenuhnya benar. Millenial harus bisa merubah cara pandang seperti ini. Kesuksesan seseorang tidak melulu ditentukan oleh gelar sarjana dari bangku kuliah. Justru banyak cerita miris yang terjadi di sekeliling kita bahwa mereka yang bergelar sarjana malah menjadi pengangguran.

Badan Pusat Statistik nasional mencatat bahwa lulusan perguruan tinggi (universitas dan diploma) menyumbang 11,85% dari total pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan secara nasional di tahun 2021. Total keduanya justru lebih tinggi dibandingkan pengangguran dari lulusan SMK (11,13%), SMA Umum (9,09%), SMP (6,45%), bahkan yang tidak pernah sekolah sekalipun (3,61%).

Banyak faktor penyebab kenapa hal ini terjadi. Faktor paling utama adalah, selain terlalu idealis dalam menentukan standar pekerjaan dan gaji, lulusan perguruan ringgi lebih-lebih yang fresh graduate umumnya belum memiliki soft skill dan hard skill khusus yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Dengan bahasa lain, sarjana baru terjebak dalam kesenjangan keterampilan atau Skill Gap yakni antara skill yang dibutuhkan perusahaan dengan skill yang dimilikinya.

Namun apapun alasannya, data BPS tersebut menunjukkan bahwa parameter sukses bukanlah karena seseorang itu lulus kuliah. Banyak cerita empiris bahwa mereka yang hanya lulusan SMA bahkan bisa lebih sukses. Mereka memahami bahwa kesuksesan hanya berpihak pada mereka yang bekerja keras, terus belajar serta menekuni minat dan bakatnya dan mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Di antara keterbatasan dana dan kesempatan, mereka sadar harus belajar untuk meningkatkan skill melalui saluran-aluran pembelajaran non-formal seperti mengikuti seminar keterampilan, bootcamp, hingga mengikuti berbagai kelas online.